Depan Mata Kiamat Startup: Alasan Banyak yang Bangkrut di Tahun 2024

by -55 Views

Startup yang bangkrut dan tutup di Amerika Serikat (AS) mengalami lonjakan 60% sepanjang tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh para pendiri yang kekurangan dana untuk melanjutkan operasional bisnis setelah ‘booming’ startup sepanjang 2021-2022.

Perlambatan di sektor teknologi telah menyebabkan PHK massal selama beberapa tahun terakhir, bahkan masih berlanjut hingga saat ini. Industri teknologi yang sebelumnya dianggap sebagai ‘masa depan’ kini memicu kekhawatiran, dengan jutaan pekerjaan di startup terancam akibat ketidakpastian ekonomi.

Menurut laporan Carta, jumlah startup yang gulung tikar meningkat secara signifikan. Sebanyak 254 klien mereka yang didukung oleh modal ventura terpaksa menutup usaha pada kuartal pertama (Q1) 2024. Tingkat kebangkrutan startup saat ini naik 7 kali lipat sejak Carta mulai melaporkan kegagalan startup pada tahun 2019.

Beberapa startup besar yang tutup pada tahun lalu termasuk Tally, Caffeine, Olive, dan Convoy. Bahkan perusahaan seperti WeWork yang sebelumnya meraup US$ 16 miliar juga tutup pada November tahun lalu setelah melantai di bursa pada 2021.

Salah satu faktor kebangkrutan startup adalah dampak dari kenaikan suku bunga sejak 2022. Selain itu, kolapsnya Silicon Valley Bank juga mempengaruhi pendanaan startup.

Di tengah kondisi sulit ini, para modal ventura mendorong pendiri startup untuk terus mengambil investasi besar untuk meningkatkan valuasi perusahaan, tanpa memperhatikan profitabilitas. Hal ini membuat banyak startup ‘memboroskan’ uang secara tidak efisien, yang akhirnya menyebabkan kebangkrutan.

Meskipun demikian, para ahli optimis bahwa aktivitas pendanaan akan kembali bergairah di masa mendatang, dengan mayoritas investasi yang akan mengalir ke startup yang mengembangkan kecerdasan buatan (AI). Prediksi ini memberikan harapan bagi masa depan startup di tengah kondisi yang sulit saat ini.