Pemecatan 50% Karyawan Oleh Startup Mengurangi Kemakmuran Ghozali yang Dulu

by -125 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Masih ingat Ghozali yang mendadak kaya karena NFT (Non-Fungible Token) foto selfienya itu? Hampir dua tahun berlalu, platform tempat berjualan tersebut, Opensea, dilaporkan memangkas setengah jumlah karyawannya.

Raksasa pasar NFT itu mengonfirmasi kabar PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) stafnya. Namun perusahaan tidak akan menyebutkan jumlah pasti yang terdampak kebijakan tersebut. Saat ini, jumlah pegawai Opensea diperkirakan mencapai 115 orang.

“Saat ini kami membuat perubahan organisasi dan operasional yang signifikan seiring dengan fokus dalam membangun versi Opensea yang gesit dan lebih baik,” kata juru bicara Opensea, dikutip dari Decrypt, Senin (6/11/2023).

Salah satu pendiri, Devin Finzer, juga ikut angkat bicara soal PHK tersebut. CEO Opensea mengatakan perusahaan melakukan PHK untuk meluncurkan perusahaan dalam versi generasi berikutnya atau Opensea 2.0.

Dia menjelaskan pihaknya enggan hanya menjadi pengikut dibandingkan menjadi pemimpin dalam pasar. Opensea 2.0 dijanjikan akan memiliki peningkatan besar pada produknya.

“Kami ingin bergerak dengan kecepatan, kualitas, dan keyakinan untuk membuat taruhan yang lebih bermakna. Hari ini kami melakukan reorientasi tim pada Opensea 2.0, peningkatan besar pada produk kami, termasuk teknologi dasar, keandalan, kecepatan, kualitas, serta pengalaman,” jelasnya.

Mereka yang terdampak PHK akan diberikan pesangon selama empat bulan. Selain itu, mereka juga mendapatkan layanan kesehatan dan kesehatan mental selama enam bulan, serta pemberian ekuitas yang lebih cepat.

Pada Juli 2022 lalu, Opensea juga telah memangkas 57 pegawainya. Saat itu perusahaan beralasan dalam rangka pemangkasan biaya di tengah anjloknya transaksi aset digital.

Pasar NFT memang mulai kehilangan kepopulerannya sejak pertengahan tahun lalu. Sejak saat itu, pasar semakin sepi seiring dengan turunnya harga aset kripto yang ada di pasar.

Saat itu juga, masalah ekonomi mulai muncul seperti inflasi tinggi, ancaman resesi, dan suku bunga tinggi. Masalah tersebut membuat investor menjadi lebih hati-hati dalam mengeluarkan dananya pada aset berisiko.