RI Ternyata Berencana Membuat Lawan Starlink

by -195 Views

Starlink telah resmi masuk ke Indonesia sejak pertengahan bulan Mei lalu. Selain untuk komersial, layanan berbasis satelit milik Elon Musk itu juga memberikan layanan pada sejumlah puskesmas di tanah air.

Di sisi lain, Bakti juga menyediakan akses telekomunikasi untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Lembaga itu juga menyediakan Satelit Satria-1 yang diperuntukkan untuk layanan masyarakat termasuk puskesmas.

Terkait hal itu, Plt. Direktur Sumber Daya dan Administrasi BAKTI Tri Haryanto mengatakan pihaknya melalui Direktorat Layanan TI untuk Masyarakat dan Pemerintah (LTIMP) melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian dan Lembaga. Salah satunya bersamaan dengan Kementerian Kesehatan, yakni untuk menghitung berapa banyak yang membutuhkan layanan dari Bakti.

“Beberapa masih membutuhkan layanan dari Bakti. Jadi jumlah berapa belum dapat dari LTIMP,” kata Tri dalam acara Ngopi Bareng di Kementerian Kominfo, Jumat (21/6/2024).

Dia menjelaskan Bakti memiliki target akan melayani daerah-daerah yang membutuhkan koneksi telekomunikasi. Yakni dengan memaksimalkan satelit Satria-1 yang sudah ada.

“Starlink masuk ke komersial. Di kita target daerah-daerah titik-titik yang masih membutuhkan. Udah punya Satria maksimalkan yang sudah ada,” jelasnya.

Terkait penggunaan satelit Low-Earth Orbit untuk Satria-2, dia mengatakan mungkin dilakukan. Karena yang terpenting teknologi yang digunakan, harga dan kualitas yang dihasilkan baik.

Satelit LEO juga digunakan oleh Starlink. Layanan ini berada pada ketinggian 482 kilometer di atas permukaan dengan keunggulan untuk meningkatkan kecepatan internet dan mengurangi tingkat latensi.

“Sangat dimungkinkan, pertama teknologi yang efektif dan harga dan kualitas yang baik,” pungkasnya.

Tri Haryanto menjelaskan Satelit-2 masih menunggu kebijakan dari Menteri Kominfo. Ini juga melihat permintaan dan teknologi yang berkembang sekarang.

“Menunggu kebijakan Pak Menteri. Intinya dari demand lihat demand yang ada dan teknologi yang berkembang,” kata Tri.

Dia tak berbicara banyak soal Satria-2 sebab menunggu kebijakan yang ada. Satelit itu diketahui telah mendapatkan greenbook.

Namun skema pembiayaannya akan berbeda. Satria-1 ini menggunakan KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha), sementara Satria-2 dengan Skema Pinjaman Hibah Luar Negeri.

“Perlu dikaji kembali,” ungkap dia.