Beberapa negara Asia sedang mengalami gelombang panas yang sudah mencapai tingkat bahaya. Di Thailand, suhu mencapai 52 derajat celcius, sedangkan Kamboja mencatat suhu tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43 derajat celcius. Di Indonesia, meskipun cuaca panas dirasakan oleh masyarakat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa ini bukanlah gelombang panas.
Menurut BMKG, udara gerah di Indonesia tidak memenuhi karakteristik gelombang panas. Kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara, dan ini mencegah terjadinya gelombang panas. Suhu panas yang terjadi disebabkan oleh pemanasan permukaan akibat berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan.
Fenomena ini adalah hal yang umum terjadi saat peralihan musim hujan ke musim kemarau, di mana suhu udara meningkat dan hujan menjadi kurang. Deputi Bidang Klimatologi BMKG mencatat suhu tertinggi di beberapa wilayah Indonesia, seperti di Palu, Medan, dan Saumlaki.
Musim kemarau di Indonesia baru mencakup 8% wilayah Indonesia hingga awal Mei 2024. Sementara itu, sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam periode musim hujan. Gelombang panas juga melanda beberapa negara Asia, dipicu oleh gerakan semu matahari, anomali iklim El Nino, dan pemanasan global.
Suhu udara menjadi ekstrem di wilayah Asia Tenggara pada bulan April-Mei. Meskipun demikian, BMKG memastikan bahwa kondisi panas yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah gelombang panas.