BMKG Membuka Tabir tentang Situasi Buruk Indonesia: Jerit Neraka Tetangga RI

by -160 Views

Pekan ini terjadi gelombang panas di beberapa negara tetangga Indonesia. Seperti di Thailand yang mencatat suhu maksimum hingga 52°C.

Pada Kamis (25/4), Thailand mengeluarkan peringatan baru. Pemerintah setempat mengatakan sengatan panas telah menewaskan sedikitnya 30 orang tahun ini.

Cuaca panas juga melanda Manila, Filipina, pada awal April. Sejumlah sekolah bahkan terpaksa membatalkan kelas tatap muka, Temperatur di ibu kota bahkan menembus 42 derajat celcius.

Indeks panas menyebut Manila dalam tingkat “bahaya”.

Bagaimana kondisi Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, suhu udara maksimum di Indonesia berada di atas 36.5°C di beberapa wilayah.

Salah satunya pada tanggal 21 April di Medan, Sumatra Utara. Suhu maksimumnya mencapai 37.0°C. Lalu di Saumlaki, Maluku, dengan suhu maksimum 37.8°C.

Pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah, suhu maksimumnya tembus 36.8°C.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan fenomena suhu panas di Indonesia terjadi karena posisi semu Matahari pada bulan April berada dekat sekitar khatulistiwa.

Hal ini menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari.

Fenomena suhu panas di Indonesia bukan merupakan heat wave, karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Cuaca panas di Indonesia hanya dipicu faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu Matahari sehingga dapat terjadi berulang setiap tahun.

BMKG mengatakan sekitar 63% wilayah Zona Musim diprediksi mengalami Awal Musim Kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024. Sekarang, di pertengahan April, beberapa wilayah masih cukup basah dan terjadi hujan.

Guswanto mengungkapkan BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan dalam sepekan ini.

Lokasinya sebagian besar di Sumatera, Jawa bagian Barat dan Tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan serta sebagian besar Papua.

Andri Ramdhani, Kepala Pusat Meteorologi Publik, menjelaskan pada bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.

Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.

Masa peralihan musim ciri pola hujan terjadi pada sore hingga menjelang malam hari setelah adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Jika kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif akan meningkat.

Andri mengimbau masyarakat agar tetap tenang tetapi waspada terhadap potensi banjir dan bencana lainnya, serta mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing dengan langkah-langkah sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan lingkungan.