Mengapa Indonesia Mengalami Kerugian dengan Banyaknya YouTuber-TikToker?

by -102 Views

Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama, mengatakan bahwa banyak YouTuber dan TikToker tidak menguntungkan Indonesia. Menurutnya, banyaknya pembuat konten video di Tanah Air justru lebih menguntungkan pemilik platform dan media sosial.

“Banyak yang datang ke kita, mereka bilang bagus, karena mereka sudah punya jutaan konten kreator. Itu hanya buat konten kreator baru, dia yang untung, pembaginya makin banyak. Sizenya tetap sama, digital adex [iklan digital] cuma segitu,” kata Wishnutama.

Ia menilai bahwa banyak yang salah kaprah membaca data ekonomi digital. Platform digital asing sering membanggakan banyaknya pembuat konten di Indonesia sebagai dampak dari kehadiran mereka di sini. Namun menurutnya, pihak yang menguntungkan dengan bertambahnya konten kreator, seperti YouTuber atau TikToker, hanyalah para pemilik platform streaming dan media sosial. Hal ini membuat potensi pendapatan iklan masyarakat Indonesia justru makin menyusut karena jumlah pesaing terus bertambah.

Wishnutama juga mengatakan bahwa hal yang sama terjadi di sektor e-commerce. Ia menilai penambahan UMKM di platform digital tidak berdampak besar kepada perekonomian, karena hanya memindahkan ekonomi dari offline ke online.

Oleh karena itu, Wishnutama menilai konsep ekonomi digital yang saat ini dilakukan Indonesia patut dievaluasi. Menurutnya, Indonesia harus memanfaatkan teknologi dan platform digital untuk menciptakan ekonomi baru.

Wishnutama juga mempresentasikan data perekonomian digital Indonesia yang menggambarkan dominasi asing. Berdasarkan data, nyaris semua komponen ekonomi digital Indonesia dikuasai asing. Satu-satunya komponen ekonomi digital Indonesia yang didominasi lokal adalah sektor keuangan.

Sebesar 94 persen dari komponen ekonomi digital Indonesia 2022 yang mencapai Rp 352 triliun dikuasai oleh lokal. Di sektor mobilitas, lokal juga masih mampu menguasai 51 persen dari Rp 53 triliun. Penguasaan asing paling tinggi ada di sektor media dan iklan, menyisakan 35 persen dari Rp 88 triliun untuk pengusaha lokal. Di sektor e-commerce, pangsa pasar lokal adalah 44 persen dari Rp 877 triliun.