Artikel ini membahas fenomena banyaknya orang India yang menjadi bos perusahaan teknologi besar dunia. CEO Microsoft, Satya Nadella, CEO Alphabet (Induk perusahaan Google), Sundar Pichai, CEO IBM, Arvind Krishna, hingga CEO Adobe, Shantanu Narayen adalah beberapa contohnya. Menurut mantan direktur eksekutif Tata Sons, R Gopalakrishnan, hal ini disebabkan karena masyarakat India dilatih dengan cara gladiator. Mereka terbiasa dengan persaingan dan kekacauan, sehingga mampu memecahkan masalah dan beradaptasi dengan baik.
Fakta lainnya adalah bahwa orang India sering memprioritaskan profesionalisme dibandingkan bantuan pribadi dalam budaya kantor Amerika yang terlalu banyak bekerja. CEO kelahiran India di Silicon Valley adalah kelompok minoritas dari 4 juta orang yang masuk terkaya dan terdidik di AS. Banyak di antaranya adalah ilmuwan dan insinyur, sebagian besar pemegang visa H-1B yang dikeluarkan AS untuk insinyur software India, dan 40% dari semua insinyur di Seattle berasal dari India.
Perubahan drastis dalam kebijakan imigrasi AS pada 1960-an juga menjadi salah satu faktor pendukung fenomena ini. Setelah gerakan hak sipil, kuota asal nasional digantikan yang mengutamakan keterampilan serta penyatuan keluarga. Banyak orang India dengan pendidikan tinggi dari berbagai bidang kemudian datang ke AS.
Mereka bukan hanya memiliki hak istimewa dari kasta atas yang bisa mengenyam pendidikan perguruan tinggi terkenal, namun juga bagian yang lebih kecil mendapatkan biaya gelar master di AS. Hal ini disebut sebagai hasil terbaik, dan mereka bergabung dengan perusahaan di mana yang terbaik naik ke puncak. Jaringan yang dibangun di Silicon Valley juga memberi keuntungan, di mana mereka saling membantu satu sama lain.