PRINCIPLES OF LEADERSHIP – prabowosubianto.com

by -95 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Para pembaca yang terhormat,

Jika kita mempelajari sejarah bangsa-bangsa, kita bisa belajar bahwa tidak ada perubahan signifikan yang terjadi tanpa didorong oleh perjuangan yang gigih. Seringkali, perjuangan ini berbentuk konflik militer.

Demikian pula, Indonesia hanya bisa meraih kemerdekaannya karena perjuangan yang gigih melibatkan para leluhur Indonesia – perjuangan militer hebat dari generasi ’45.

Sebuah perjuangan militer tidak bisa berhasil tanpa adanya pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan teladan dan prinsip militer yang telah diuji waktu. Pemimpin yang memberi contoh, pemimpin yang memimpin dari depan.

Saya melihat sikap tersebut dipamerkan oleh para pemimpin saya, para mentor saya sepanjang karier saya di TNI. Beberapa di antaranya adalah bagian dari generasi ’45 yang memerdekakan Indonesia dari penjajahan Belanda.

Saya merujuk pada sikap-sikap pemimpin seperti Kolonel TNI (Purn.) Azwar Syam, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Himawan Soetanto, Jenderal TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution, Mayjen TNI (Purn.) Mung Parahadimulyo, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yogie Suardi Memet, Jenderal TNI (Purn.) Wismoyo Arismunandar, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yunus Yosfiah, Jenderal TNI (Purn.) Muhammad Jusuf, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Fransiskus Xaverius Sudjasmin, Jenderal TNI (Purn.) H. M. Suharto, Mayjen TNI (Purn.) I Ketut Wirdana, Jenderal TNI (Purn.) Widjojo Sujono, Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Dr Aloysius Benedictus Mboi, Raden Panji Muhammad Nur, dan masih banyak lagi yang saya anggap sebagai mentor saya.

Saya juga merujuk pada sikap-sikap mantan pelatih-pelatih saya. Mereka telah membentuk dan membantu saya, termasuk Kapten Haruman dan Pembantu Letnan Bayani.

Tanpa sosok-sosok teladan ini, saya tidak akan seberhasil dalam memimpin operasi militer ketika saya menjadi seorang perwira TNI. Saya tidak akan seberhasil setelah pensiun dari Tentara.

Selain mempelajari pelajaran dan keterampilan penting dari pemimpin dan pelatih saya, selama saya di TNI, saya juga meluangkan waktu untuk membaca kisah kepemimpinan pejuang kemerdekaan kita dan pemimpin dunia lainnya.

Kita bisa belajar banyak dari kepemimpinan Gadjah Mada, Raden Wijaya, Malahayati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Gubernur Suryo, Jenderal Sudirman, Robert Wolter Mongisidi, dan banyak lagi tokoh nasional yang berjuang begitu gigih untuk bangsa Indonesia.

Juga ada banyak yang bisa kita pelajari dari ketekunan Alexander Agung, Julius Caesar, Duke of Wellington, Mustafa Kemal Atatürk, Deng XiaoPing, Emiliano Zapata, dan tokoh militer dunia lainnya yang berhasil memimpin pasukan dan negara mereka melalui pertempuran besar.

Selama bertahun-tahun, saya telah membagikan cerita saya tentang sikap-sikap pemimpin militer yang sukses: para senior saya, para instruktur saya, dan tokoh nasional maupun dunia dalam kuliah-kuliah saya di Padepokan Garudayaksa, pusat pembelajaran yang saya bangun di Hambalang, dan belakangan ini dalam kursus-kursus saya di Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN).

Namun, saya tahu bahwa untuk membangun kesadaran di kalangan generasi baru kepemimpinan TNI dan kepemimpinan nasional, hanya dengan memberikan kuliah tentang sikap-sikap pemimpin militer sukses tidak cukup.

Oleh karena itu, dengan menulis buku ini, saya berbagi pengalaman dan pengetahuan saya dengan audiens yang lebih luas. Saya berharap semakin banyak orang akan mendapatkan manfaat dari apa yang saya pelajari dari para pemimpin seperti Jenderal TNI (Purn.) Muhammad Jusuf, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Fransiskus Xaverius Sudjasmin, Jenderal TNI (Purn.) H. M. Suharto, Mayjen TNI (Purn.) I Ketut Wirdana, Jenderal TNI (Purn.) Widjojo Sujono, dan individu teladan lainnya yang bukan hanya pemimpin TNI yang hebat tetapi juga negarawan yang patut diacungi jempol.

Selain belajar dari para senior saya, saya juga belajar banyak dari rekan sejawat dan bawahannya. Di antara mereka adalah Mayjen TNI (Purn.) Glenny Kairupan, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sjafrie Sjamsoeddin, Mayjen TNI (Purn.) Suhartono Suratman, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo, Kapten TNI Purn. Sudaryanto, dan Letnan Satu TNI Purn. Siprianus Gebo.

Selain nama-nama bawahanku yang telah saya sebutkan di atas, masih banyak yang mencolok. Misalnya, rekan sekelas saya di Akademi Militer (AKABRI) angkatan ’74: Brigadir Jenderal TNI Harry Pysand, Mayjen TNI (Purn.) Mahidin Simbolon, dan Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Endang Nugiri. Mereka semua mencolok di bidang operasi. Saya melihat mereka di lapangan (kontak senjata). Mereka adalah contoh keberanian dan pengorbanan. Terkadang mereka terlalu berani. Beberapa rekan sejawat dan bawahan saya tertembak musuh karena keberaniannya.

Beberapa bawahan lainnya juga mencolok dalam pertempuran: Kapten CDM TNI (Purn.) Dr Boyke Setiawan, Kolonel Infanteri TNI Purn. Adel Gustimego (’78), Mayjen TNI (Purn.) Chairawan Kadarsyah Kadirussalam Nusyirwan (’80), Mayjen TNI (Purn.) Musa Bangun (’83), Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Taufik Hidayat (’83), Kolonel TNI (Purn.) Sugeng Rahardjo, dan Mayjen TNI (Purn.) Meris Wiryadi (’83).

Saya juga ingin menyebutkan Mayjen Surawahadi, komandan pleton saya ketika masih Letnan Dua. Dia sangat tajam. Begitu melihat musuh, ia akan terus mengejar mereka meskipun usahanya memakan waktu berminggu-minggu.

Juga, rekan sejawat saya yang sangat berprestasi angkatan ’87: Mayjen TNI Marga Taufiq (’87), Jenderal TNI Andika Perkasa, yang kini menjadi Panglima TNI, Letnan Jenderal TNI Muhammad Herindra, yang kini menjadi Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal TNI Ida Bagus Purwalaksana, yang sebelumnya Komandan Batalyon 328, Komandan Brigade 17, kini Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan. Ida Bagus kini bekerja dengan saya setelah berpuluh-puluh tahun berpisah.

Memang, jika saya menulis tentang mereka secara detail, saya tidak akan pernah selesai menulis buku ini. Mungkin dalam buku berikutnya, saya akan menceritakan tentang mereka. Saya juga sedang mengingat kembali catatan saya tentang banyak perwira dan prajurit yang pernah bertugas bersama saya. Dalam buku mendatang, saya akan memperkenalkan Anda pada mereka. Buku ini sudah lebih dari 500 halaman. Saya harap sikap-sikap dan kualitas kepemimpinan yang digambarkan dalam buku ini dapat meningkatkan kesadaran bersama untuk memperkokoh perjuangan kita dalam membangun Indonesia yang kuat, terhormat, dan makmur.

Source link