Apple menghadapi tekanan karena pendapatan perusahaannya di China mengalami penurunan. Namun, perusahaan pembuat iPhone tersebut mempertahankan diri dengan menyatakan prospek yang cerah di Indonesia.
Pendapatan Apple di China turun 8 persen pada kuartal II/2024 dalam tahun fiskal. Pasar China adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan penjualan iPhone turun 10 persen dari US$ 45,96 miliar menjadi US$ 51,33 miliar.
Dalam pertemuan dengan investor, CFO Apple Luca Maestri meminta agar tidak terlalu fokus pada kinerja di China. Ia menyoroti angka penjualan di pasar-pasar berkembang lain yang mengalami pertumbuhan yang kuat.
Maestri menyebut beberapa pasar potensial seperti India, Arab Saudi, Meksiko, Turki, Brasil, dan Indonesia. Dia menegaskan bahwa potensi pasar tersebut sangat besar dan terus berkembang.
Meskipun demikian, laporan keuangan Apple juga menunjukkan kinerja yang kurang baik di negara-negara tersebut. Penjualan di Brasil dan Meksiko masuk ke wilayah Amerika dengan merosotnya penjualan Apple dari US$ 37,8 miliar menjadi US$ 37,3 miliar.
Sementara itu, Indonesia, India, dan Vietnam masuk ke dalam kategori “negara Asia Pasifik lainnya” dengan penjualan Apple yang turun 17 persen.
Maestri menyebut bahwa Apple mulai memberikan solusi pembiayaan dan program trade-in untuk membuat iPhone lebih terjangkau, terutama untuk mendorong penjualan produk premium seperti iPhone 15 Pro di pasar berkembang.
“Masalah harga yang terjangkau menjadi lebih penting di pasar-pasar berkembang,” ujar Maestri.