Bukti AS Membutuhkan China, Joe Biden Harus Berpikir Sebelum Melakukan Pemblokiran

by -206 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Saham perusahaan chip mobile raksasa asal Amerika Serikat (AS), Qualcomm, melonjak 10% pada perdagangan Kamis (2/5) waktu setempat. Kenaikan tersebut terjadi setelah Qualcomm merilis laporan yang menunjukkan bahwa pasar HP berbasis kecerdasan buatan (AI) akan semakin ramai tahun ini.

Saham Qualcomm saat ini diperdagangkan di harga US$ 180,10 per lembar, naik hampir 60% secara tahun ke tahun (yoy).

Qualcomm mengungkapkan bahwa pesanan dari pabrikan HP China meningkat 40% di paruh pertama tahun fiskal perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan teknologi AS tersebut membutuhkan industri China untuk mendukung bisnisnya.

“Vendor China yang biasanya menggunakan chip MediaTek, kini mulai beralih ke chip premium yang ditawarkan oleh Qualcomm karena mereka ingin meningkatkan pengembangan AI,” kata analis IDC, Nabila Popal, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (3/5/2024).

“Ini adalah angin segar bagi Qualcomm setelah mengalami penurunan selama dua tahun terakhir. Pertumbuhan Qualcomm sangat bergantung pada pabrikan HP China,” tambahnya.

Penjualan Qualcomm yang melebihi ekspektasi pasar juga disebabkan oleh ekspansi segment Internet of Things (IoT) yang semakin luas.

Meskipun demikian, hubungan geopolitik antara China dan AS saat ini tidak dalam kondisi yang baik. Kedua negara saling berlomba untuk mendominasi pasar AI dan saling membatasi akses teknologi satu sama lain.

AS terus membatasi akses China terhadap teknologi chip dan mesin chip canggih. Namun, kebijakan tersebut diprediksi bisa menjadi boomerang bagi AS.

Pasalnya, China telah mulai mengembangkan kemandiriannya dalam produksi chip premium di dalam negeri. Di sisi lain, AS membutuhkan klien-klien besar dari China untuk pertumbuhan bisnis teknologi di negaranya.