Pendiri Startup Bangkrut, Namun Sukses Meraih Kekayaan Rp 733 Triliun

by -245 Views

WeWork pada akhirnya mengajukan pailit. Perusahaan coworking space yang didirikan pada 2010 tersebut mengalami kebangkrutan setelah berhasil mencapai valuasi sebesar US$ 47 miliar (Rp 733 triliun) pada tahun 2019.

Meskipun WeWork bangkrut, kekayaan pendirinya, Adam Neumann, justru mengalami peningkatan pesat. Neumann tidak kehilangan kekayaannya bersamaan dengan kebangkrutan perusahaan yang didirikannya. Kekayaan Neumann yang berusia 44 tahun tersebut terus bertambah menjelang transformasi WeWork menjadi perusahaan terbuka pada tahun 2019.

Neumann mundur dari jabatannya sebagai CEO pada bulan September 2019 setelah terungkapnya permasalahan tata kelola di WeWork dalam proses IPO-nya. Sang CEO ternyata kerap memperkaya diri sendiri dengan cara-cara aneh, seperti memberikan dirinya saham perusahaan senilai US$ 6 juta untuk pembayaran hak cipta kata ‘We’.

Ada juga berbagai laporan yang menggambarkan gaya manajemen Neumann yang tidak biasa, termasuk budaya pesta pora. Merger WeWork dengan SPAC, perusahaan cangkang yang didirikan sebagai pintu masuk perusahaan yang ingin go-public, juga tidak berjalan mulus.

Sebagai bagian dari merger, Neumann dikabarkan menerima US$ 770 juta (Rp 12 triliun). Selain itu, Neumann juga masih memiliki saham di WeWork yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 722 (Rp 11,29 triliun) pada saat WeWork melantai di bursa.

Setelah WeWork bangkrut, sisa saham tersebut harganya nol. Namun, bisa saja Neumann sudah menjual sisa saham WeWork miliknya. Saat ini, Neumann sedang sibuk dengan startup barunya yang juga bergerak di bidang real estat, bernama Flow, yang telah mencapai valuasi US$ 1 miliar.

Flow dilaporkan kini memiliki 3.000 unit rumah tinggal di berbagai kota di Amerika Serikat (AS). Menurut CNBC International, model bisnis Flow masih belum jelas tetapi tampaknya adalah replika model bisnis co-working yang dipelopori WeWork di pasar tempat tinggal.