Panik dan Ketakutan Karyawan TikTok karena Ancaman PHK dan Pemotongan Bonus

by -121 Views

Pegawai TikTok di seluruh dunia merasa khawatir dengan kebijakan baru mengenai penilaian kinerja. Mereka takut bahwa manajemen TikTok akan memotong bonus atau melakukan gelombang PHK baru.

Wall Street Journal melaporkan bahwa TikTok meminta manajer di seluruh dunia untuk memberikan skor yang lebih rendah kepada bawahannya dalam penilaian kinerja periodik. Ini diperintahkan kepada manajer level menengah oleh manajer senior dan staf HRD. Para manajer diminta untuk menempatkan bawahannya di kategori terendah dalam pengelompokan kinerja pegawai. Kebijakan ini dapat menyebabkan jumlah pegawai TikTok dengan kinerja di bawah standar meningkat dua hingga tiga kali lipat.

Penilaian yang diberikan adalah F yang berarti “gagal” dan I yang berarti “tidak selesai”. Penilaian di kategori tersebut dapat berdampak pada bonus yang lebih rendah.

TikTok, perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia, dalam beberapa tahun terakhir telah merekrut pegawai secara agresif. Saat ini, perusahaan tersebut memiliki sekitar 130.000 pegawai di seluruh dunia.

Di Indonesia, TikTok berambisi untuk merambah bisnis e-commerce setelah sukses dengan platform media sosialnya. Namun, TikTok Shop harus ditutup di Indonesia setelah pemerintah melarang perusahaan media sosial menjalankan bisnis e-commerce di platform yang sama. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia masih membuka kesempatan bagi TikTok Shop untuk beroperasi kembali asalkan mematuhi semua aturan e-commerce yang berlaku.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyatakan bahwa TikTok harus mematuhi aturan terkait layanan e-commerce di Indonesia. Ini merujuk pada Permendag No 31 Tahun 2023 yang dikeluarkan pada akhir September. Teten menekankan bahwa TikTok tidak bisa lagi bergabung dengan e-commerce dan harus terpisah. Data yang digunakan untuk media sosial harus berbeda dengan yang digunakan untuk berbelanja. TikTok juga harus memiliki kantor di Indonesia dan berbadan hukum Indonesia.

Teten juga mengutip saran dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa TikTok perlu mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilengkapi dengan kebijakan lain terkait platform dan perdagangan elektronik. Dalam kesempatan itu, Teten juga menjelaskan bahwa CEO TikTok, Shou Chew, mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk mengajak bertemu.

Artikel Selanjutnya:
Dimusuhi AS, Bos Besar TikTok Akrab dengan Menteri Jokowi.

(sumber: CNBC Indonesia)