Startup senilai Rp 340 T Menghilang Tanpa Jejak, CEO Tenggelam Muncul secara Misterius

by -3183 Views

Startup pendidikan asal India, Byju, dahulu menjadi startup paling mahal di dunia dengan valuasi US$ 22 miliar atau sekitar Rp 340 triliun. Namun, dalam satu tahun terakhir, kondisi perusahaan berubah drastis.

Manajer investasi kelas atas BlackRock, yang merupakan salah satu pemegang saham Byju, menyatakan bahwa nilai startup tersebut kini tidak lagi ada. Sebanyak 27.000 karyawan Byju tidak menerima gaji selama berbulan-bulan, dan akhirnya terpaksa menerima nasib mereka yang sulit.

Sebanyak 280 pegawai Byju juga mengadu kepada pemerintah karena pajak yang dipotong dari gaji mereka oleh perusahaan tidak disetor ke negara.

Di tengah kekacauan dan kebangkrutan Byju yang sekarang dikelola oleh petugas yang mirip dengan PKPU di Indonesia, pendiri startup kontroversial itu tiba-tiba muncul ke publik. Byju Raveendran, pendiri dan CEO Byju, muncul dalam konferensi pers virtual dari Dubai, tempat tinggalnya sekarang, dan ia dikabarkan kabur dari masalah di India.

Dalam konferensi virtual tersebut, Raveendran menegaskan bahwa ia tidak kabur ke Dubai, melainkan sedang menemani ayahnya yang sedang menjalani perawatan di sana. Dia mengatakan bahwa banyak orang yang salah paham tentang kepergiannya ke Dubai, dan sebenarnya dia sudah berada di sana selama setahun untuk merawat ayahnya.

Raveendran juga menyatakan kesiapannya untuk kembali ke India dan menyelesaikan masalah-masalah di negara asalnya. Bahkan, ia berjanji akan mengembalikan semua uang kepada kreditor jika mereka mau bekerja sama dengannya. Ia juga menyalahkan tiga investor Byju atas kegagalan perusahaan tersebut, yaitu XV Ventures, Prosus, dan Chan Zuckerberg Initiative.

Raveendran juga mengungkapkan bahwa beberapa investor, termasuk Prosus, tidak berinvestasi dalam Byju selama beberapa tahun terakhir. Dia menyatakan bahwa ia belum selesai menghadapi masalah Byju dan siap kembali ke India untuk mengatasinya.

Startup ini juga mencabut perwakilannya dari dewan komisaris Byju karena dinilai tidak mengindahkan saran dari para pemegang saham. Beberapa investor juga menuduh manajemen perusahaan berbohong tentang penggalangan dana US$ 200 juta yang diumumkan pada tahun ini.

Dengan demikian, Byju menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan sulit diatasi.