Gedung Putih Mengkhawatirkan, Ancaman AI pada Kegaduhan Pemilu

by -160 Views

Pemerintah Amerika mengatakan bahwa AI menghadirkan ancaman nyata terhadap penyebaran disinformasi selama pemilihan presiden mendatang di AS. Banyak konten yang tersebar, mulai dari gambar palsu penangkapan Donald Trump hingga video yang menggambarkan masa depan yang tidak baik di bawah kepemimpinan Joe Biden. Pemilihan presiden tahun 2024 dianggap akan menghadapi gelombang disinformasi yang didukung oleh teknologi AI, sehingga disebut sebagai pemilu AI pertama di Amerika. Kedua kubu politik di AS menggunakan alat-alat canggih yang didukung oleh kecerdasan buatan, yang dianggap sebagai pedang bermata dua oleh para ahli. Program AI dapat mengkloning suara tokoh politik dan membuat video serta teks yang terlihat nyata, sehingga pemilih sulit membedakan fakta dari fiksi. Keberadaan AI dinilai dapat merusak kepercayaan terhadap proses pemilu. Di satu sisi, kampanye politik menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan efisiensi operasional, mulai dari analisis data pemilih hingga penggalangan dana. Namun, organisasi nirlaba Freedom House memperingatkan bahwa teknologi AI telah digunakan untuk mencemarkan nama baik lawan politik di Amerika Serikat. Mereka yang memproduksi disinformasi menggunakan gambar, audio, dan teks yang dihasilkan oleh AI, sehingga kebenaran lebih mudah diputarbalikkan dan sulit dipahami. Survei yang dilakukan oleh Axios dan Morning Consult menunjukkan bahwa lebih dari 50% warga Amerika memperkirakan kebohongan yang dihasilkan AI akan memengaruhi hasil pemilu tahun 2024, dan sekitar sepertiga warga Amerika menyatakan bahwa mereka akan kurang mempercayai hasil pemilu karena AI. Dalam lingkungan politik yang hiperpolarisasi, sentimen seperti itu berisiko memicu kemarahan publik terhadap proses pemilu. Kemajuan AI juga memberikan perubahan dalam pemahaman tentang pemilih dan tren kampanye. AI menjadi sumber daya yang “mengubah permainan” dalam mengembangkan rencana penjangkauan dan menyusun pesan kampanye. Namun, perlu diingat bahwa AI juga memiliki potensi penyalahgunaan, seperti terlihat ketika AFP memberikan pertanyaan yang salah kepada ChatGPT yang menghasilkan kampanye yang apik dengan data yang salah pula. Pemerintah AS telah berusaha membatasi penggunaan AI dengan mengeluarkan undang-undang yang mengkriminalisasi deepfake yang merugikan kandidat politik atau mempengaruhi pemilu. Biden juga menandatangani perintah eksekutif untuk mempromosikan penggunaan AI yang aman, terjamin, dan dapat dipercaya. Namun, kekhawatiran tetap ada bahwa deepfake yang menggunakan audio dan video yang dihasilkan AI dapat merusak reputasi seseorang, menyebarkan berita palsu, dan melakukan penipuan.