Pencipta ChatGPT mengungkap bahwa manusia akan menyatu dan bergabung menjadi bagian dari teknologi kecerdasan buatan (AI) di masa depan. Opsi itu mau tak mau dipilih untuk bersaing dengan mesin canggih yang super cerdas.
Kepala ilmuwan OpenAI, perusahaan induk ChatGPT, Ilya Sutskever mengatakan, kebangkitan AI di masa depan dapat mendorong orang untuk bergabung dengan teknologi itu agar tak ketinggalan zaman.
“Setelah Anda mengatasi tantangan AI, lalu apa? Apakah masih ada ruang bagi manusia di dunia dengan AI yang lebih cerdas?,” katanya, dikutip dari Insider, Selasa (31/10/2023).
“Satu kemungkinan, sesuatu yang mungkin gila menurut standar saat ini, namun tidak terlalu gila menurut standar masa depan, adalah banyak orang akan memilih untuk bergabung menjadi bagian dari AI,” tambahnya.
Sutskever saat ini sedang mengerjakan proyek “superalignment” OpenAI, yang bertujuan untuk membangun brankas yang akan mencegah AI super cerdas menjadi jahat.
Namun, dia juga memikirkan bagaimana umat manusia dapat mengimbangi AI yang jauh lebih cerdas dari otak manusia. Ia juga menyarankan supaya augmentasi manusia dapat memberikan jawabannya.
“Pada awalnya, hanya orang yang paling berani dan suka berpetualang yang akan mencoba melakukannya,” jelasnya.
Sutskever sendiri merasa dia tidak yakin apakah dia akan memilih untuk bergabung dengan AI, jika hal itu memang terjadi di masa depan.
Namun demikian, Sutskever tak segamblang Elon Musk yang berspekulasi tentang penggabungan manusia dengan AI. Meskipun, masih belum jelas seperti apa mekanisme penggabungan manusia ke AI yang ia sebutkan.
Di satu sisi, Musk yang punya perusahaan implan otak, Neuralink, mengatakan tujuan akhir dari perusahaan itu adalah untuk mencapai simbiosis dengan AI. Manusia dikatakan akan bergabung dengan AI agar mereka tidak “tertinggal” oleh mesin super cerdas.
Namun, Neuralink masih jauh dari tujuan tersebut. Saat ini mereka menghadapi kontroversi atas klaim bahwa monyet yang ditanamkan chip otak perusahaan mengalami kematian yang mengerikan dan menyakitkan.