Ancaman tarif impor dari Presiden AS Donald Trump mulai dirasakan oleh pelaku bisnis global, termasuk perusahaan IT terkemuka asal India, Tata Consultancy Services (TCS). CEO TCS, K Krithivasan, mengungkapkan bahwa sektor ritel, perjalanan, dan otomotif menjadi pihak yang rentan terdampak oleh ketidakpastian tarif AS. Trump menangguhkan pemberlakuan tarif resiprokal ke banyak negara selama 90 hari, kecuali China yang tetap melanjutkan tarif resiprokal sebesar 145%. Beberapa produk impor China baru-baru ini dikecualikan dari tarif, namun skema penghitungannya belum diumumkan secara detail. Ketika ketidakpastian semakin berlanjut, perusahaan dapat terpaksa melakukan pemangkasan biaya signifikan terutama pada sektor ritel, perhotelan, perjalanan, dan otomotif. TCS, yang sebagian besar pendapatannya berasal dari Amerika Utara, memperkirakan bahwa ketidakpastian ini akan berlangsung singkat. Perusahaan ini menunjukkan ketidakpastian di kuartal keempat dan peringatan tentang penundaan pengambilan keputusan oleh klien dalam proyek-proyek diskresioner. Namun, TCS optimis bahwa tahun fiskal 2026 akan menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan 2025 karena adanya proyek penggantian perangkat lunak dan sistem lama oleh klien. Konsolidasi vendor TI oleh klien juga memberikan manfaat bagi TCS dalam meraih pangsa pasar. Khususnya ketika pelanggan memprioritaskan optimasi biaya, mereka cenderung mengurangi jumlah penyedia layanan, dan TCS telah memperoleh keuntungan dari konsolidasi tersebut.
Teror Tarif Trump Ancam Bisnis, Potensi Kebangkrutan
