Sikat gigi adalah salah satu alat kebersihan yang digunakan oleh hampir semua orang di seluruh dunia. Namun, tahukah Anda bahwa penggunaan sikat gigi juga dapat berkontribusi terhadap perubahan global? Sejak sikat gigi modern mulai ditemukan pada era 1900-an, perubahan iklim mulai terjadi. Pada masa lalu, sikat gigi biasanya terbuat dari bahan alami seperti bambu atau kulit kayu. Namun, dengan berjalannya waktu, bahan dasar sikat gigi mulai bervariasi, termasuk penggunaan plastik dan nilon.
Menurut National Geographic, penggunaan sikat gigi yang mengandung bahan tidak ramah lingkungan, seperti plastik dan nilon, telah menjadi salah satu sumber krisis lingkungan. American Dental Association (ADA) merekomendasikan penggantian sikat gigi setiap tiga sampai empat bulan. Jika diasumsikan semua orang di Indonesia yang jumlah penduduknya 273 juta rutin mengganti sikat gigi, dapat menghasilkan lebih dari satu miliar sampah sikat gigi tiap tahunnya.
Dalam skala global, jika asumsi penggantian sikat gigi tetap berlanjut, maka akan ada sekitar 24 miliar ton sampah sikat gigi setiap tahun dari delapan miliar penduduk di dunia. Sikat gigi yang tidak ramah lingkungan dapat memakan waktu 200-700 tahun untuk terurai, menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mencari alternatif sikat gigi yang ramah lingkungan, yang dapat membantu mengurangi dampak perubahan global yang disebabkan oleh sampah plastik.