Kekhawatiran PHK massal semakin meresahkan para pekerja di seluruh dunia, terutama sejak masa pandemi dan pasca-pandemi. Banyak perusahaan, termasuk perusahaan teknologi, melakukan pemangkasan karyawan dengan berbagai alasan mulai dari efisiensi hingga perubahan struktur organisasi. Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin canggih juga memicu ketidakpastian terkait PHK di masa depan. Sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada tahun 2023, layanan AI mulai populer dan banyak perusahaan teknologi di seluruh dunia ikut berlomba-lomba mengembangkannya. AI yang diklaim dapat menggantikan pekerjaan manusia, terutama pekerjaan repetitif dan monoton, bahkan diutarakan oleh CEO OpenAI Sam Altman bahwa AI bisa menggantikan pekerjaan software engineer.
Meskipun demikian, AI juga memiliki keterbatasan terkait pemikiran inovatif, sehingga Altman menyebut agen AI sebagai kolaborator virtual pekerja manusia. Dengan begitu, pekerja manusia bisa fokus pada pekerjaan inovatif dan kreatif, sementara pekerjaan repetitif bisa dialihkan sepenuhnya ke AI. Altman juga memprediksi bahwa dalam dekade mendatang, setiap orang akan mampu melakukan lebih banyak hal daripada potensi yang dimilikinya saat ini.
Terkait kekhawatiran PHK massal, Altman menekankan perlunya pengukuran terkait modal dan angkatan kerja serta langkah-langkah untuk mencegah ketidaksetaraan dalam pekerjaan manusia. Dia menyarankan untuk memberikan akses kepada setiap pekerja manusia ke AI canggih agar mereka bisa mengembangkan diri dan memunculkan ide-ide inovatif.Ini artikel bersumber dari CNBC Indonesia.