Ketahanan Pangan Masyarakat Adat: Pembelajaran dari Trisakti

by -44 Views

Ketahanan Pangan selalu menjadi topik penting sejak zaman Presiden Soekarno hingga Presiden Prabowo Subianto. Bahkan, Sukarno pernah mengatakan bahwa Pangan adalah soal hidup atau mati bagi sebuah bangsa. Kebutuhan akan Pangan yang tidak terpenuhi bisa membawa malapetaka. Oleh karena itu, diperlukan upaya besar, radikal, dan revolusioner.

Dimensi Ketahanan Pangan ternyata sangat kompleks. Menurut FAO, Badan Pangan Dunia, Ketahanan Pangan adalah ketika semua orang memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi yang cukup terhadap pangan yang aman, bergizi, dan sesuai dengan kebutuhan mereka untuk hidup sehat dan aktif.

Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan mendefinisikan Ketahanan Pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan dari negara hingga perseorangan, dengan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bergizi, merata, dan terjangkau serta sesuai dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.

Dari definisi tersebut, Ketahanan Pangan melibatkan ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas. Andy Utama, pendiri Arista Montana Organic Farm, menyoroti pentingnya Ketahanan Pangan dalam semangat Trisakti. Apakah kita memiliki kedaulatan atas pangan? Apakah kita mampu mandiri dalam pangan? Apakah kita menjaga budaya pangan dengan baik?

Data menunjukkan bahwa konsumsi gandum nasional mencapai 8,6 juta ton, sementara impor kedelai dan beras mencapai angka yang mencemaskan. Data ini menggambarkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada impor pangan dari luar negeri, yang membuat negara ini belum mencapai swasembada pangan.

Di masa Orde Baru, Indonesia pernah meraih swasembada pangan pada tahun 1984, namun terbatas pada beras. Penggarapan lahan pertanian dengan pendekatan Revolusi Hijau menyebabkan banyak masalah, seperti ketergantungan pada pupuk, pestisida, dan benih yang tidak ramah lingkungan. Hal ini membuat petani kehilangan kedaulatan atas pangan dan menurunnya minat generasi muda untuk berkecimpung dalam pertanian.

Ketahanan Pangan berbasis kearifan lokal menjadi kunci keberhasilan masyarakat adat nusantara selama berabad-abad. Komunitas Baduy di Jawa Barat, misalnya, menjaga ketahanan pangan mereka dengan baik. Sistem pertanian mereka yang berkelanjutan dan penuh cinta terhadap alam membuat mereka terhindar dari kelaparan.

Desa Tenganan Pegringsingan di Bali juga memberikan contoh yang baik tentang ketahanan pangan dan kelestarian alam. Dengan membatasi pembangunan dan menjaga ekosistem desa dengan baik, penduduk Desa Tenganan mampu hidup mandiri dan tidak pernah mengalami kelaparan.

Kearifan lokal dan keberlanjutan harus menjadi fokus utama dalam membangun Ketahanan Pangan di Indonesia. Melalui praktek-praktek yang diwarisi dari leluhur, kita bisa menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, tanpa harus merusak alam. Andy Utama dan Arista Montana Organic Farm berkomitmen untuk membangun model lumbung padi yang mengikuti tatacara masyarakat Baduy. Mari belajar dari kearifan lokal dan membangun Ketahanan Pangan yang kokoh dari tingkat paling dasar.

Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat
Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat