Karyawan Panik saat upah Tidak Dibayar, Startup Senilai Rp344T menjadi Tak Berharga

by -343 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak semua bisnis akan berjalan mulus sesuai rencana, termasuk pada startup. Banyak startup bangkrut karena mengambil langkah yang salah, seperti yang dialami oleh Byju, startup India yang valuasinya sempat mencapai US$ 22 miliar (Rp 344 triliun).

Hal ini membuat pegawainya khawatir. Para pegawai Byju tidak menerima gaji mereka dalam waktu yang lama. Berdasarkan laporan Reuters, pengajar di platform Byju sudah beberapa bulan tidak menerima pembayaran.

“Banyak orang, termasuk saya, sudah berhenti mengajar karena tidak ada gunanya terus bekerja sukarela untuk perusahaan,” kata Sukirti Mishra kepada Reuters dalam konferensi video.

Reuters mewawancarai 60 pegawai Byju dalam konferensi video tersebut. Mishra sebelumnya mendapat sekitar US$ 1.200 per bulan sebagai pengajar matematika di platform Byju.

Saat ini Mishra harus menerima keluhan dan cacian dari siswa yang kecewa karena ia menolak memberikan kelas karena tidak menerima upah.

Sebanyak 27.000 karyawan Byju yang tidak digaji selama 3 bulan dilaporkan berencana untuk turun ke jalan atau menggugat Byju.

Sebanyak 280 pegawai Byju sudah melaporkan ke pemerintah karena pajak yang dipotong perusahaan dari gaji mereka tidak disetorkan ke negara.

Reuters juga diundang ke tiga grup WhatsApp yang berisi lebih dari 2.200 karyawan dan orangtua yang haknya belum dibayar oleh Byju.

Pendiri dan CEO Byju, Byjy Raveendran, berusaha menenangkan pegawai dan berjanji akan membayar gaji mereka setelah ia kembali mengendalikan perusahaan.

“Jika kami kembali mengendalikan, gaji kalian akan langsung dibayar,” kata Raveendran.

Saat ini, Byju dikelola oleh petugas yang ditunjuk oleh pengadilan karena sudah berada dalam tahap likuidasi, mirip dengan PKPU di Indonesia. Penggugat PKPU Byju berasal dari kreditur Amerika Serikat, yang kesal karena Byju tidak membayar utang sebesar US$ 1 miliar.

Pegawai Byju menghadapi ketidakpastian karena proses likuidasi bisa berlangsung berbulan-bulan. Hukum saat ini juga tidak menjamin semua hak pegawai dipenuhi sebelum kewajiban lain Byju, termasuk utang, diselesaikan.

Byju juga menghadapi masalah lain yang membuat investor meragukan nilai saham mereka di Byju. Prosus, salah satu investor terbesar di Byju dengan kepemilikan 9,6%, menyatakan bahwa saham mereka sekarang tidak bernilai karena penurunan nilai bagi pemodal ekuitas.

Byju adalah startup di bidang pendidikan yang beroperasi di Asia Selatan dan Timur Tengah. Saat ini, perusahaan tersebut mengalami masalah keuangan dan tata kelola.

Masalah di Byju mulai muncul ketika perusahaan terus menunda peluncuran laporan keuangannya. Ketika laporan keuangan akhirnya dipublikasikan, pendapatan Byju jauh di bawah proyeksi.

Prosus, investor startup besar dengan saham di Tencent dan OLX, adalah salah satu yang menarik perwakilannya dari dewan komisaris Byju. Mereka mengkritik Byju karena tidak mendengarkan saran dari pemegang saham.

Para investor Byju juga menuding manajemen perusahaan telah berbohong tentang penggalangan dana sebesar US$ 200 juta yang diumumkan tahun ini.

HSBC juga menilai bahwa harga saham Byju hampir tidak memiliki nilai. Dalam penelitiannya, HSBC menyimpulkan bahwa kepemilikan Prosus atas 10% saham Byju sudah tidak layak untuk diperhitungkan.