Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia menjadi salah satu negara yang dibicarakan oleh konglomerat Bill Gates terkait kiamat di Bumi. Dalam blognya bulan Februari lalu, ia mengungkapkan masalah perubahan iklim.
Indonesia dan Malaysia disebut karena menjadi tempat di mana sawit tumbuh. Minyak sawit disebut memiliki dampak besar terhadap lingkungan.
Gates menyebutkan bahwa minyak sawit digunakan dalam banyak makanan dan produk sehari-hari, termasuk kue dan mi instan.
Salah satu yang ditonjolkan oleh Bill Gates adalah proses produksi minyak sawit. Pohon yang tumbuh subur di daerah khatulistiwa menyebabkan pembabatan hutan semakin meningkat.
“Ini mengakibatkan penebangan hutan di daerah khatulistiwa untuk mengubahnya menjadi lahan sawit,” kata Gates, dikutip pada Minggu (21/7/2024).
Hal ini berdampak pada keragaman alam dan menyebabkan dampak serius terhadap perubahan iklim. Proses konversi dengan cara pembakaran lahan hutan juga menciptakan emisi ke atmosfer dan meningkatkan suhu.
“Pada tahun 2018, kerusakan yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup serius hingga menyumbang 1,4% emisi global. Angka tersebut lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia,” jelas Gates.
Selain itu, Pendiri Microsoft itu menjelaskan bahwa aktivitas Bumi menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca. Sekitar 7% berasal dari produksi lemak dan minyak hewan dan tumbuhan.
“Untuk melawan perubahan iklim, kita harus mengubah angka tersebut menjadi nol,” katanya.
Namun menghilangkan konsumsi lemak hewan dan minyak sawit juga tidak mudah. Gates menjelaskan bahwa telah ada solusi untuk mengatasi masalah lingkungan dengan tetap menghasilkan lemak hewan dan menghadapi perubahan iklim.
Salah satunya melalui Savor, startup yang didanai oleh Gates. Perusahaan ini menciptakan lemak melalui proses yang melibatkan karbon dioksida dan hidrogen dari air yang dipanaskan dan dipisahkan melalui proses oksidasi.
Sementara itu, C16 Biosciences menjadi perusahaan yang mencoba membuat alternatif minyak sawit. Pada tahun 2017, Gates menjelaskan bahwa perusahaan ini mengembangkan produk dari mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi, tanpa adanya emisi sama sekali.