Jakarta, CNBC Indonesia – Gangguan teknologi global membuat penerbangan terhenti, layanan kesehatan terganggu, sistem pembayaran tidak berfungsi, dan akses layanan Microsoft diblokir pada Jumat (19/7/2024).
Menurut laporan dari The Guardian, gangguan tersebut disebabkan oleh perusahaan keamanan siber, CrowdStrike. Pembaruan pada perangkat lunak CrowdStrike, Falcon Sensor mengalami malfungsi yang menyebabkan kerusakan pada komputer yang menjalankan Windows.
CrowdStrike adalah perusahaan keamanan siber yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 2011 dan berkantor pusat di Austin, Texas. Mereka menyediakan berbagai layanan keamanan menggunakan perangkat lunak berbasis cloud.
Perusahaan ini telah mengumpulkan dana dari berbagai investor terkemuka di Silicon Valley dan telah melindungi banyak perusahaan dari Fortune 1000. Nilai pasar CrowdStrike mencapai US$83 miliar atau sekitar Rp1.345 triliun.
Pemadaman global terjadi akibat pembaruan Falcon yang berinteraksi dengan sistem komputer dan perangkat lunak lainnya, termasuk Microsoft Windows. Hal ini menyebabkan kegagalan fungsi yang menonaktifkan sistem tersebut.
CEO CrowdStrike, George Kurtz telah meminta maaf atas pemadaman tersebut dan mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh kesalahan kode. Perusahaan terus memperbaiki masalah tersebut agar sistem dapat pulih sepenuhnya.
Selain itu, pemadaman juga mempengaruhi layanan cloud Azure Microsoft, namun kedua pemadaman tersebut tidak terkait. Microsoft telah mengkonfirmasi bahwa layanan Azure telah pulih.
Kurtz juga menyatakan bahwa dibutuhkan waktu untuk memulihkan sistem secara keseluruhan dari dampak pemadaman yang disebabkan oleh CrowdStrike.