Gelombang panas atau heat wave yang melanda beberapa negara tetangga indonesia telah menelan korban jiwa. Sementara itu, di dalam negeri belum akan tersusupi cuaca ekstreme itu.
Salah satu negara tetangga yang telah terkena heat wave adalah thailand dengan suhu maksimum hingga 52°C pada April 2024. Pemerintah setempat mengatakan sengatan panas (heatstroke) telah menewaskan sedikitnya 30 orang tahun ini.
Cuaca panas juga melanda manila, filipina, pada awal April. Sejumlah sekolah bahkan terpaksa membatalkan kelas tatap muka. Temperatur di ibu kota menembus 42 derajat celcius. Indeks panas yang mengatur kondisi suhu dengan pertimbangan kelembaban menyebut manila dalam tingkat “bahaya”.
Lantas, bagaimana nasib indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, suhu udara maksimum di tanah air berada di atas 36.5°C di beberapa wilayah.
Salah satunya pada tanggal 21 April di Medan, sumatra utara. Suhu maksimumnya mencapai 37.0°C. Lalu di saumlaki, maluku, dengan suhu maksimum 37.8°C. Pada 23 April di Palu, sulawesi tengah, suhu maksimumnya tembus 36.8°C.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan fenomena suhu panas di indonesia terjadi karena posisi semu matahari pada bulan April berada dekat sekitar khatulistiwa. Ini menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari.
Fenomena suhu panas di indonesia bukan merupakan heat wave, karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Cuaca panas di indonesia hanya dipicu faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun.
BMKG mengatakan sekitar 63% wilayah Zona Musim diprediksi mengalami Awal Musim Kemarau pada Mei hingga Agustus 2024.
Untuk saat ini, di periode pertengahan April, beberapa wilayah masih cukup basah dan terjadi hujan. Antara lain di Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), dan Tanjung Perak Surabaya (Jawa Timur).
Guswanto mengungkapkan dalam sepekan ini, BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan.
Lokasinya sebagian besar di Sumatera, Jawa bagian Barat dan Tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan serta sebagian besar Papua.
“Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta kondisi suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar indonesia,” kata Guswanto, dikutip dari keterangan resminya, Senin (29/4/2024).
Ia mengatakan hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di indonesia.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menerangkan bahwa pada bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di indonesia.
Untuk itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.
Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.
Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.
Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.
Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Dalam dua hingga tiga hari ke depan, potensi labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah indonesia.
Andri mengimbau masyarakat agar tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi, mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing khususnya di daerah rawan bencana, serta dengan langkah-langkah sederhana salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.