Peneliti Mengungkap Asal Usul Hajar Aswad yang Disebut Jatuh dari Surga

by -284 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu cerita paling terkenal dalam dunia Islam adalah tentang batu hitam yang terletak di salah satu sudut Kakbah. Batu yang dikenal sebagai Hajar Aswad ini telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan dikatakan berasal dari surga.
Awalnya berwarna putih dan dapat memancarkan cahaya. Namun, kemudian batu tersebut berubah warna menjadi hitam yang dalam tradisi Islam diceritakan karena menyerap dosa-dosa umat manusia di bumi.
Kisah ini mendorong para ilmuwan untuk mencari jawaban ilmiah atas misteri batu tersebut. Apakah benar terjadi perubahan warna? Apakah benar batu itu dapat memancarkan cahaya? Jika cerita tersebut benar adanya, maka Hajar Aswad harus dikategorikan sebagai jenis batu apa?
Sejak lama para ilmuwan telah menyusun teori tentang jenis batuan Hajar Aswad. Ada yang menyebut batu tersebut sekelas dengan batu akik. Ada juga teori yang menyebutkan Hajar Aswad dikategorikan sebagai batu meteor.
Namun, para ahli berpendapat bahwa kategorisasi Hajar Aswad sebagai batu meteor atau meteorit dianggap paling dekat ketika mengacu pada kisah asal-usul Hajar Aswad yang berasal dari surga. Terlebih lagi, fakta sejarah menunjukkan adanya jejak meteorit di dekat Kakbah, tempat Hajar Aswad berada.
E. Thomsen dalam studi “New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka’ba” (1980) menceritakan bahwa pada tahun 1932 seorang peneliti bernama Philby di Al-Hadidah menemukan kawah tumbukan meteor yang kemudian dinamakan Wabar. Setelah diukur, kawah tersebut memiliki ukuran lebih dari 100 meter. Beberapa pecahan meteor juga ditemukan di sekitar kawah dan gurun.
Secara umum, pecahan meteor tersebut terbentuk dari leburan pasir dan silika yang bercampur dengan nikel. Seiring berjalannya waktu, campuran tersebut menghasilkan lapisan warna putih dari dalam, namun di bagian luarnya terbungkus oleh lapisan hitam. Warna hitam ini dihasilkan dari nikel yang berasal dari ledakan nikel dan besi di luar angkasa.
Berdasarkan pengamatan ini, Thomsen menyimpulkan bahwa ciri-ciri pecahan meteor sesuai dengan gambaran Hajar Aswad.
“Dapat disimpulkan bahwa batu meteor tersebut mungkin merupakan batu yang sama dengan Hajar Aswad,” tulis Thomsen.
Selain itu, penelitian lain juga mengungkapkan bahwa usia batu tersebut sesuai dengan perkiraan orang Arab kuno. Kemungkinan besar, batuan tersebut dibawa ke Makkah melalui jalur dari Oman.
Meskipun teori asal-usul Hajar Aswad dari batu meteor memiliki kelemahan, namun hingga saat ini teori tersebut masih dianggap sebagai yang paling dekat, sehingga Thomsen berpendapat bahwa “lebih tepat untuk memeriksa material yang berasal dari meteor.”
[Gambas:Video CNBC]
(mfa)