Jakarta, CNBC Indonesia – Video porno yang dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah membuat Amerika Serikat geger. Isu video porno palsu yang dibuat oleh AI, yang dikenal sebagai deepfake, bahkan membuat wakil rakyat AS menjadi bingung.
Menurut Politico, para anggota DPR dan Senat AS mulai ramai membahas isu deepfake setelah terjadi kasus pembuatan video porno palsu seorang perempuan berusia 27 tahun di California. Seorang pria yang ditolak ajakan kencannya oleh perempuan tersebut membuat video palsu menggunakan AI yang menampilkan perempuan tersebut “melakukan hal yang tidak pantas” dengan pria tersebut.
Video tersebut kemudian disebar oleh pria tersebut ke media sosial. Perempuan tersebut tidak dapat melakukan apa pun karena video yang dibuat menggunakan sosoknya ternyata tidak melanggar hukum. Akhirnya, dia harus menghapus semua akun media sosialnya dan mengadu ke LSM kekerasan seksual bernama SVPA untuk meminta bantuan.
Kasus tersebut mampu menarik perhatian politisi di Washington DC melebihi kasus deepfake porno sosok terkenal seperti Taylor Swift dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.
Perempuan korban mengatakan kepada Politico, “Seluruh pengalaman ini membuat trauma. Pelaku pembuat deepfake seharusnya menerima konsekuensi atas perbuatannya terhadap saya.”
Omny Miranda Martone dari SVPA menjelaskan bahwa pengaduan tentang penyalahgunaan AI semakin banyak seiring dengan kemajuan teknologi AI yang semakin canggih.
SVPA mulai melakukan lobi kepada 100 anggota kongres tahun lalu agar pembuat deepfake tanpa izin mendapat hukuman. Namun, sebagian anggota DPR dan Senat AS masih ragu untuk membuat aturan baru terkait AI karena adanya tekanan dari perusahaan teknologi AI di Kongres AS.
Pemimpin Mayoritas di Senat, Chuck Schumer, baru-baru ini meluncurkan rencana regulasi AI yang termasuk deepfake dan privasi, tetapi tanpa aturan spesifik. Rencana tersebut malah mendorong pengeluaran miliaran dolar AS untuk penelitian dan pengembangan AI.