Jakarta, CNBC Indonesia – Kecelakaan helikopter di kota Tabriz dengan ketinggian sekitar 100 kilometer telah menewaskan presiden Iran Ebrahim Raisi (63 tahun). Helikopter tersebut ia tumpangi bersama dengan beberapa pejabat, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amir Abdollahian.
Tujuan Raisi menumpangi helikopter tersebut adalah meresmikan sebuah proyek bendungan Qiz-Walasi di perbatasan Azerbaijan.
Insiden ini terjadi pada Minggu (19/5) waktu setempat. Sebelum menaikki helikopter, Raisi sempat memberikan pernyataan ke media sosial.
Ia mengatakan bendungan yang merupakan proyek bersama pemerintah Azerbaijan itu bisa menyediakan transit yang aman bagi barang-barang, penumpang, dan turis.
Sayangnya, setelah acara peresmian, helikopter yang ditumpangi Raisi tidak memberikan kabar. Iran lalu memerintahkan tentara dam pasukan elit Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk melancarkan operasi penyelamatan.
Pada Senin (20/5) pagi, drone Turki yang membantu pencarian menemukan ‘titik panas’ yang diyakini sebagai puing-puing helikopter. Tak ada penumpang yang selamat dalam insiden tersebut.
Faktor Kecelakaan Helikopter
Penyebab pasti kecelakaan mematikan itu masih terus diselidiki. Pakar penerbangan dan mantan pilot helikopter, Paul Beaver, mengatakan cuaca buruk berperan besar dalam kecelakaan tersebut.
Tutupa awan, kabut, serta suhu renda, dikatakan berkontribusi terhadap tumbangnya helikopter yang dinaikin Raisi dan rekan-rekannya.
Ada beberapa faktor yang umumnya menjadi penyebab kecelakaan helikopter. Berikut daftarnya, dikutip dari Pilot Institute, Senin (20/5/2024).
Human Error
Secara umum, kecelakaan helikopter memiliki reputasi yang lebih berbahaya ketimbang pesawat. Pilot Institute mencatat bahwa helikopter lebih sering mengalami kecelakaan, tetapi perbandingannya kecil dibandingkan kecelakaan pesawat.
Menurut dia, humar error atau kesalahan manusia menjadi penyebab paling umum kecelakaan helikopter terjadi. Kesalahan terebut tak cuma berasal dari pilot yang mengendalikan pesawat.
Kesalahan juga bisa terjadi dari tim pengontrol trafik udara dan tim yang melakukan perawatan unit helikopter.
Sebanyak 50% kecelakaan penerbangan ditengarai kesalahan pilot. Menurut Pilot Institute, ada beberapa hal untuk menghindari kesalahan ini. Misalnya, memastikan pilot mengendarai helikopter dengan kondisi fisik yang prima, tidak berada dalam tekanan, sehingga bisa mengoperasikan sistem penerbangan yang rumit.
“Ada banyak alasan kenapa kesalahan pilot lebih sering ditemui pada helikopter ketimbang pesawat. Sebab, kebanyakan helikopter memerlukan pengendalian sistem yang lebih banyak oleh pilot ketimbang pesawat.
Sementara itu, kesalahan dari tim pengontrol trafik lebih jarang terjadi. Biasanya, kesalahan ini berpotensi pada lingkungan udara yang padat transportasi. Umumnya juga terjadi pada kecelakan pesawat ketimbang helikopter.
Selanjutnya, kesalahan tim perawatan helikopter juga bisa menyebabkan kecelakaan. Untuk itu, pilot harus memastikan kembali kondisi helikopter setelah menjalani proses perawatan. Sebab, komponen terkecil yang tidak sesuai bisa menyebabkan dampak fatal.
Masalah Teknis
Masalah teknis pada helikopter bisa menyebabkan hal fatal. Jika ada kerusakan pada bilah rotor utama, atau pilot kehilangan kemampuan mengendalikan putaran atau pitch helikopter, hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kendali. Masalah ini sangat sulit ditangani dan kemungkinan besar akan mengakibatkan kecelakaan.
Rotor utama bersifat sangat rentan karena kemampuan unik helikopter untuk dapat melayang dan terbang pada ketinggian yang jauh lebih rendah daripada pesawat. Helikopter dapat mengudara di dekat lingkungan yang banyak rintangan.
Jika salah satu hambatan ini mengenai rotor utama, hal ini dapat menyebabkan kerusakan dan hilangnya kendali bagi pilot. Hambatan tersebut dapat berupa pepohonan, menara radio dan telepon seluler, benturan kabel, dan bahkan gunung atau bangunan.
Selain rotor utama, ada juga rotor ekor yang dirancang untuk mencegah helikopter berputar berlawanan arah dengan bilah rotor utama. Ketika seorang pilot kehilangan kendali atas rotor ekor, hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kendali helikopter sepenuhnya.
Pilot diajarkan dalam pelatihan untuk menangani kegagalan rotor ekor. Namun hal ini memerlukan manuver yang cukup sulit, dan hilangnya fungsi rotor ekor secara tiba-tiba dapat dengan mudah mengakibatkan kecelakaan.
Selain masalah pada rotor, kesaalahan sistem atau komponen di helikopter juga bisa menyebabkan kecelakaan. Salah satunya jika terjadi masalah pada gearbox yang berfungsi menyalurkan tenaga atau daya mesin ke bagian mesin lainnya.
Kesalahan mesin juga bisa menjadi faktor teknis lainnya. Sebenarnya, pilot juga dilatih untuk memperbaiki terjadinya kesalahan mesin dalam penerbangan. Namun, pada situasi yang kompleks, kesalahan mesin akan berakibat kecelakaan helikopter.
Terakhir, masalah teknis yang bisa terjadi adalah kurangnya bahan bakar saat melakukan penerbangan. Dengan begitu, fungsi helikopter pelan-pelan akan mati dan menyebabkan pilot kehilangan kendali atas kendaraannya.
Masalah Lingkungan
Hal lain yang benar-benar di luar kontrol manusia adalah masalah lingkungan, misalnya cuaca yang tiba-tiba buruk dan membuat helikopter susah dikendalikan. Hal lainnya misalnya terjadi tabrakan dengan burung, atau objek-objek lainnya di udara.
Menerbangkan helikopter pada kondisi salju, hujan, berlumpur, atau kondisi tak normal lainnya, menyebabkan helikopter susah dikendalikan dan kecelakaan pun bisa terjadi.
[Gambas:Video CNBC]
(fab/fab)