Peneliti Mengungkap Tanda-tanda Kiamat Semakin Dekat, Ancaman Baru Siap Menyerang

by -114 Views

Peneliti mencoba menjelaskan hubungan antara perubahan iklim dengan peningkatan inflasi. Hasilnya, dampak pemanasan global dan cuaca ekstrem diprediksi akan menyebabkan kenaikan harga dan inflasi pada produk pangan. Hal ini disampaikan dalam jurnal Communications Earth & Environment.

“Kami menemukan bahwa suhu yang diproyeksikan pada tahun 2035 di bawah pemanasan global akan menyebabkan tekanan inflasi yang lebih tinggi di seluruh dunia,” tulis para peneliti dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim dan Bank Sentral Eropa, seperti dilaporkan oleh Business Insider.

Dampak dari perubahan iklim seperti kenaikan suhu Bumi dan lelehan gunung es dikatakan berkontribusi pada peningkatan rata-rata inflasi pangan secara global sebesar 3,23% per tahun. Selama dekade mendatang, inflasi umum dapat naik sebesar 1,18%.

Para peneliti juga menekankan bahwa mitigasi emisi gas rumah kaca dapat mengurangi tekanan inflasi secara signifikan. Perubahan iklim telah mempengaruhi berbagai sektor ekonomi dan meningkatkan biaya perumahan di daerah dengan risiko iklim tinggi, serta menyebabkan kelangkaan komoditas pangan di seluruh dunia.

Bahan pangan diprediksi menjadi komponen inflasi terbesar yang terkena dampak perubahan iklim. Tekanan inflasi ini tidak merata, dengan negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan menjadi yang terdampak paling besar.

Para peneliti menyarankan pendekatan kebijakan yang tepat untuk mengurangi tekanan inflasi akibat perubahan iklim. Namun, jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi, dampak inflasi akan semakin buruk.

Dalam skenario emisi terbaik, tekanan inflasi diprediksi hanya sedikit meningkat pada tahun 2060 dibandingkan tahun 2035. Namun, dalam skenario emisi terburuk, tekanan inflasi pangan dapat melebihi 4% per tahun di sebagian besar dunia.