Jakarta, CNBC Indonesia – Platfrom pembayaran asal China, Alipay, sedang mencari jalan untuk masuk ke Indonesia. Secara diam-diam, aplikasi milik Ant Group ini sudah dapat digunakan di Singapura dan Malaysia.
Ant Group, perusahaan fintech yang didirikan oleh Jack Ma, sedang gencar melakukan ekspansi ke luar negeri melalui layanan Alipay+. Melalui Alipay+, Ant Group bertujuan untuk menjadi jembatan aplikasi pembayaran digital global.
“Dari observasi kami, orang ingin tetap menggunakan e-wallet dari negara asal ketika mereka berada di luar negeri. Mereka tidak ingin repot harus memindahkan kartu mereka ke aplikasi lain,” ujar Douglas Feagin, Senior Vice President di Ant Group, seperti dilansir CNBC International, Senin (6/5/2024).
Ant Group meluncurkan Alipay+ pada tahun 2020. Melalui platform ini, orang asing dapat menggunakan aplikasi dari negara asal mereka untuk melakukan pembayaran di China dengan memindai kode QR Alipay. Sebaliknya, aplikasi Alipay dapat digunakan oleh penduduk China untuk melakukan pembayaran di luar negeri melalui kerja sama dengan mitra setempat.
Ant Group telah menjalin kerja sama dengan sistem pembayaran terintegrasi serupa QRIS di Singapura (SGQR) dan Malaysia (DuitNow QR).
“Visi awal dari ekspansi global Ant Group adalah Asia Tenggara. Perusahaan ini memiliki saham di dompet digital di negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara,” kata Zennon Kapron dari Kapronasia.
Ant Group juga tengah melakukan ekspansi ke pasar negara berkembang lainnya seperti Sri Lanka dan Kamboja. Perusahaan tersebut juga melakukan ekspansi ke Eropa dan Timur Tengah melalui kerja sama dengan e-wallet Eropa bernama Tinaba dan Nexi asal Dubai.
Di Indonesia, CEO Ant Group, Yang Peng, telah bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi.
“Kami sangat ingin membawa solusi ini ke Indonesia. Kami sedang aktif berdiskusi dengan mitra lokal, termasuk Bank Mandiri dan Dana,” ujar Yang Peng.
Diskusi tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah solusi yang mereka tawarkan dapat diadopsi oleh wisatawan asing yang menggunakan e-wallet mereka saat berada di Indonesia.
“Apa yang kami yakini adalah QR akan memberikan manfaat lebih bagi UMKM. Saat ini hanya hotel-hotel mewah dan department store yang menerima pembayaran dengan kartu kredit dari wisatawan asing. Namun bagi banyak pedagang mikro di Indonesia, menerima pembayaran dengan kartu kredit terlalu mahal dan sebagian besar dari mereka sudah menggunakan QR untuk menerima pembayaran dari pelanggan lokal,” tambahnya.
Terkait kehadiran Alipay+ di Indonesia, Yang Peng belum dapat memastikannya. Namun, ia berharap agar Alipay+ dapat hadir dalam waktu dekat.
“Semoga antara tahun ini, dengan teknologi, regulasi, dan kemitraan lokal yang masih dalam pembahasan dan persiapan, Alipay+ bisa segera hadir,” ujar Yang Peng.
Namun, Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menyatakan bahwa Bank Indonesia belum menerima pengajuan formal dari Ant Group terkait dengan Alipay. Untuk membawa Alipay masuk ke Indonesia, Ant Group harus mendapatkan izin sebagai penyelenggara sistem pembayaran.
“Secara formal, belum ada pengajuan resmi dari Alipay ke Bank Indonesia sebagai penyelenggara jasa sistem pembayaran,” kata Filianingsih Hendarta, Rabu (24/4/2024).
Ia juga menjelaskan bahwa perusahaan yang ingin menjadi penyelenggara jasa pembayaran di Indonesia seharusnya telah melakukan pertemuan pendahuluan dengan Bank Indonesia.
“Sebagaimana biasanya, pemohon harus melakukan pertemuan konsultatif awal,” jelas Filianingsih.