Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara tidak berdampak pada perubahan air laut. Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyatakan bahwa BMKG telah memantau laut di sekitar Sulawesi.
“Berdasarkan hasil monitoring muka laut yang telah dilakukan BMKG, kondisi muka laut di seluruh lokasi stasiun menunjukkan bahwa erupsi Gunung Ruang tidak mengakibatkan perubahan signifikan muka air laut,” kata Dwikorita seperti dikutip dari keterangan resmi pada Rabu (1/5/2024).
BMKG terus memantau lima stasiun, antara lain Tide Gauge Siau di Pulau Siau, Tide Gauge Ngalipaeng, Tide Gauge Tahuna, Tide Gauge Petta, dan AWS Maritim BMKG Bitung di Kepulauan Sangihe.
Pemantauan muka laut menggunakan alat Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Automatic Weather System (AWS) Maritim milik BMKG. Pemantauan dilakukan dekat dengan Gunung Ruang.
“Untuk itu sangat penting bagi BMKG untuk melakukan monitoring muka laut di sekitar Gunung Ruang saat erupsi menggunakan sistem InaTNT untuk deteksi dini tsunami,” ujarnya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa InaTNT merupakan sistem integrasi data yang dapat mendeteksi anomali muka laut. Meskipun keadaan masih normal, Daryono mengingatkan agar semua pihak tetap waspada.
Gunung Ruang memiliki sejarah tsunami destruktif akibat erupsi. Tsunami setinggi 25 meter terjadi pada tahun 1871, menewaskan 400 orang.