Demonstran Pro-Palestina Melakukan Unjuk Rasa di Sekitar Times Square, New York, Amerika Serikat pada Kamis, 28 Desember 2023 – Reuters/Edu
Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Hamas dan Israel telah memecah-belah industri teknologi. Di tengah dukungan yang kuat terhadap Israel dari mayoritas perusahaan teknologi, ada gerakan dukungan untuk Palestina yang disebut Tech for Palestine.
Menurut Tech Crunch, perkembangan industri teknologi di Israel telah membuat negara Zionis tersebut mendapat dukungan yang kuat dari investor dan perusahaan teknologi di seluruh dunia. Namun, banyak pekerja di bidang teknologi kehilangan pekerjaan karena menyuarakan dukungan terhadap Palestina dan mendorong gencatan senjata di Gaza.
Fenomena ini menjadi dasar pembentukan koalisi bernama Tech for Palestine. Sebanyak 40 pendiri, investor, pekerja, dan pemangku kepentingan lainnya di industri teknologi berkumpul untuk membangun proyek open source, menyediakan perangkat, dan mengumpulkan data untuk membantu pelaku industri teknologi lainnya dalam mendukung Palestina.
Pendiri koalisi Tech for Palestine adalah Paul Biggar, pendiri startup bernama CircleCI yang valuasinya telah mencapai US$1,7 miliar (Rp 26 triliun). Ia berharap agar Tech for Palestine dapat menjadi wadah bagi mereka yang takut bersuara untuk mendukung Palestina sambil terus memperjuangkan gencatan senjata di Gaza.
Menurut Tech Crunch, Tech for Palestine adalah inisiatif pertama di industri teknologi yang mengambil posisi mendukung Palestina. Gerakan ini diharapkan dapat menjadi titik balik karena semakin banyak pelaku industri teknologi yang tergerak untuk memperjuangkan gencatan senjata di Gaza.
Biggar menjelaskan bahwa gerakan ini dimulai dari tulisannya yang mempertanyakan rendahnya dukungan industri teknologi terhadap Palestina. Blognya memicu respons dari ribuan orang yang takut berbicara karena takut karier mereka akan terdampak.
Idris Mokhtarzada, pendiri startup unicorn Truebill, memimpin pembangunan platform berbagi informasi. Ia telah menciptakan “badge” untuk digunakan di GitHub yang berisi seruan gencatan senjata dan membuat HTML yang bisa digunakan di website.
Biggar mengatakan bahwa mereka berencana untuk bekerja sama dengan organisasi Palestina dan membantu startup Palestina melalui program mentor dan kredit cloud. Tech Crunch melaporkan bahwa perang telah menghancurkan industri teknologi Palestina yang sedang berkembang.
Pendiri Muslamic Makers, Arfah Farooq, mengungkapkan bahwa tiga bulan terakhir telah mengubah pikiran orang-orang. “Saya melihat sendiri orang-orang bekerja untuk Palestina hanya dengan laptop mereka,” kata Farooq.
Salah satu pekerja di bidang teknologi mengaku bergabung dengan Tech for Palestine karena merasa terancam di kantornya. “Saya berharap inisiatif ini bisa menciptakan perubahan yang signifikan dan memberikan mereka suara mereka kembali.”
Seorang pekerja di bidang teknologi lainnya juga mengaku takut untuk berbicara di publik. Periode ini membuat komunitas Arab, Muslim, dan kelompok minoritas lain merasa terpinggirkan di dunia teknologi dan VC.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Mengejutkan! Ini Spesifikasi Rudal Toofan, Senjata Hamas
(dem/dem)