Konten media sosial yang dikenal sebagai Twitter sekarang hampir tidak memiliki nilai. Setidaknya jika dibandingkan dengan harga awal saat dibeli oleh miliarder Elon Musk pada akhir 2022 silam.
Laporan New York Post menyebutkan bahwa nilai Twitter saat ini telah turun 71% dari harga awal, yang dikutip dari Fidelity. Grup investasi ini mengumumkan valuasi Twitter pada pekan ini, mengawali tahun 2024.
Musk pertama kali membeli Twitter seharga US$44 miliar atau setara dengan Rp680 triliun. Fidelity adalah salah satu grup investasi yang membantu Musk dalam akuisisi Twitter.
Kesepakatan akuisisi tersebut terdiri dari ekuitas senilai $33,5 miliar. Sisanya dibiayai dengan utang untuk mengubahnya menjadi perusahaan swasta setelah kesepakatan ditutup pada Oktober 2022.
Setelah membeli Twitter, Musk melakukan perombakan besar-besaran terhadap perusahaan. Selain mengubah namanya menjadi X, Musk juga melakukan PHK massal yang hanya menyisakan segelintir pegawai.
Musk juga melonggarkan kebijakan terkait konten negatif dengan alasan untuk memprioritaskan kebebasan berekspresi di platformnya. Ia menyatakan bahwa Twitter sebelumnya menjadi alat propaganda ‘sayap kiri’ yang merupakan bias dari kepemimpinan perusahaan sebelumnya.
Kontroversi terbaru yang dihadapi oleh Twitter adalah dukungannya terhadap kelompok Hamas dalam perang melawan Israel. Hal ini membuat para pengiklan pro Israel meninggalkan Twitter, termasuk Apple, Disney, dan IBM.
Musk kemudian mengunggah di akun Twitter pribadinya dan meminta para pengiklan untuk kembali. Namun, ia juga langsung bertandang ke Israel dan bertemu dengan pejabat tinggi negara tersebut. Ia menegaskan dukungannya terhadap Israel, serta mengatakan genosida massal di Gaza merupakan hal yang harus dilakukan.