Jakarta, CNBC Indonesia – Ketika ditugaskan untuk pergi ke stasiun luar angkasa Uni Soviet, Mir, astronot Sergei Krikalev langsung menyatakan siap. Dia bergegas menyiapkan diri untuk mengikuti pelatihan di lokasi peluncuran roket di wilayah Kazakhstan.
Bagi Krikalev, tidak ada yang istimewa dari perjalanan kali ini. Toh, ini adalah perjalanan keduanya keluar bumi. Apalagi, dia juga hanya melakukan tugas rutin layaknya rekan astronot lainnya, yakni melakukan beberapa perbaikan dan pembaruan peralatan di MIR.
Alhasil, pada 18 Mei 1991, dia meluncur ke luar angkasa dengan pesawat Soyuz bersama dua astronot lain, yaitu Anatoly Artsebarsky dan Helen Sharman. Dalam rencana, Krikalev bakal memimpin perbaikan selama 5 bulan hingga Oktober. Jika sudah selesai di bulan Oktober, dia harus pulang ke bumi.
Sesampainya di Mir, ketiga astronot itu berkegiatan sesuai tugas. Hanya saja, di pertengahan masa perbaikan, Artsebarsky dan Sharman pulang terlebih dahulu. Sementara, Krikalev tetap berada di Mir untuk menyelesaikan tugas dan menunggu astronot datang silih berganti.
Singkat cerita, mengutip IFL Science, tibalah Krikalev di penghujung misi atau di bulan Oktober. Ketika hendak pulang, ada gonjang-ganjing hebat di bumi yang tidak pernah pria berusia 33 tahun ini ketahui selama menjalankan misi.
Ternyata, negara asalnya, Uni Soviet, sedang dilanda perpecahan. Sejak bulan Agustus, negara-negara satelit Soviet mulai memisahkan diri dan gelombang reformasi mulai menggerogoti pemerintahan. Hingga akhirnya, di penghujung Desember, Uni Soviet dinyatakan bubar dan tidak ada lagi di dunia.
Ketiadaan negara komunis itu praktis membuat nasib Krikalev terkatung-katung. Saat meminta pulang ke bumi dia ditolak pemerintah Rusia. Alasannya sederhana karena dunia astronomi bukan lagi prioritas utama. Pemerintah lebih baik fokus mengurusi perbaikan ekonomi ketimbang mengeluarkan uang hingga jutaan dollar hanya untuk memulangkan satu orang astronot.
Sekalipun diperbolehkan pulang, tak ada negara yang bisa jadi tempat mendarat. Kazakhstan, negara lokasi peluncuran roket, sudah mengalami perubahan. Kazakhstan mendeklarasikan kedaulatannya, yang berarti, kosmodrom tempat meluncur Krikalev tidak lagi di bawah kendali Rusia, tulis BBC.
Dengan kondisi demikian, Krilalev dinyatakan telantar di luar angkasa. Dia memang tidak sendirian karena masih ada astronaut lain. Namun, Krikalev jadi astronaut terlama di Mir. Terlebih, dia selama di bumi tidak pernah mengikuti pelatihan astronaut dalam waktu lebih dari 5 bulan. Perpanjangan durasi jelas jadi malapetaka bagi dirinya.
Menurut NASA, terlalu lama di luar angkasa membuat seseorang terkena penyakit berbahaya. Mulai dari kanker, penurunan massa otot dan tulang, serta perubahan sistem imunitas tubuh. Belum lagi, hidup terlantar di luar angkasa jelas memunculkan masalah psikologis yang membuat siapapun pasti stres berat.
Dan Krikalev tak bisa menolak itu semua. Dia harus hidup tanpa hiburan dan sehari-hari hanya melihat hamparan langit hitam sejauh mata memandang. Sangat membosankan.
Beruntung, mengutip Discovery Magazine, perpanjangan durasi waktu hanya 5 bulan. Setelah berada di luar angkasa selama 10 bulan atau 311 hari dan mengelilingi bumi 5.000 kali, Krikalev akhirnya bisa sampai kembali ke bumi.
Pada 25 Maret 1992, pemerintah Jerman membayari biaya kepulangan Krikalev. Dia pun pulang dengan selamat meski hampir sekarat. Saat tiba wajahnya pucat dan tulang-tulangnya tak bisa menopang berat tubuh Krikalev. Hanya satu hal positif yang didengarnya, yaitu fakta kalau dia lebih muda 0,002 detik dibanding manusia di seluruh bumi.
Kepulangan Krikalev membuatnya dijuluki sebagai “orang Uni Soviet terakhir”. Meski begitu, pengalaman pahit di luar angkasa tak membuatnya trauma. Sepuluh tahun setelah kejadian buruk itu, dia tetap menjadi astronaut di bawah bendera Rusia.
[Gambas:Video CNBC]
(mfa/mfa)