Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto

by -162 Views

Saya pertama kali bertemu Pak Himawan Soetanto ketika saya masuk AKABRI pada tahun 1970. Beliau saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur AKABRI bidang operasi pendidikan.

Beliau sangat terpelajar, memiliki kemampuan Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda yang bagus, bahkan sedikit menguasai bahasa Jepang karena pernah mengalami masa penjajahan Jepang.

Pak Himawan juga gemar membaca buku-buku sejarah. Saya selalu terkesan dengan tokoh-tokoh hebat yang gemar membaca buku. “Pemimpin yang baik harus rajin membaca,” begitu bunyi adagium yang terkenal. Di rumahnya, terdapat banyak buku dan beliau selalu berdiskusi tentang buku dengan saya ketika bertemu. Penampilannya selalu rapi, penuh senyum, penuh humor, tenang, percaya diri, dan dekat dengan anak buah. Saya yakin beliau memiliki pengalaman tempur yang panjang.

Hal ini berbeda dengan sebagian atasan lain yang tidak memiliki banyak pengalaman tempur. Mereka cenderung lebih dingin dan menjaga jarak. Mereka selalu mematuhi peraturan. Atasan yang sering berada bersama pasukan di lapangan justru lebih santai dan tidak kaku. Mereka menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan.

Salah satu nilai yang saya pelajari dari Pak Himawan adalah bahwa seorang komandan harus dekat dengan anak buah. Komandan harus bersama mereka dari bangun pagi sampai tidur. Komandan harus memeriksa detail kondisi anak buah, termasuk dapur, kamar mandi, dan perlengkapan lainnya.

Saya juga belajar dari Pak Himawan untuk memeriksa detail dapur dan perlengkapan anak buah. Saya pernah menemukan pakaian dalam prajurit sudah kotor, bahkan menemukan kasus korupsi di dapur. Itu adalah hal-hal praktis mengenai kepemimpinan yang saya pelajari dari beliau.

Letnan Jenderal Himawan Soetanto memiliki karier yang sangat terkenal dan menjadi inspirasi di kalangan tentara. Saya sangat dekat dengannya, bahkan setelah beliau pensiun. Beliau merupakan salah satu mentor saya. Saya bahkan sempat membesuk beliau di rumah sakit sebelum beliau meninggal.

Pada saat yang terakhir, saya mendengar bahwa beliau mencari saya selain keluarga. Saya sangat terharu mendengar hal tersebut. Saat saya menjenguk beliau di rumah sakit dengan mengenakan pakaian sipil, saya menyampaikan, “You are the real general, Sir!” Beliau meneteskan air mata meskipun beliau sudah tidak bisa berbicara.

Itulah kenangan saya terhadap Pak Himawan Soetanto. Suatu kehormatan besar bagi saya bahwa seorang jenderal yang saya kagumi masih mencari saya bahkan pada saat-saat terakhir sebelum meninggal.