Semakin Banyak Aplikasi Ojek Online Bangkrut di Indonesia

by -131 Views

Beberapa tahun yang lalu, Indonesia memiliki banyak pengemudi ojek online (ojol). Namun seiring berjalannya waktu, tidak sedikit yang gulung tikar dan akhirnya bangkrut.

Saat ini tercatat hanya ada dua pemain besar di pasar ride-hailing, yaitu Gojek dan Grab. Uber, salah satu pemain besar, juga akhirnya tidak melanjutkan operasionalnya di dalam negeri.

Lalu siapa saja ojol yang akhirnya tutup? Berikut daftarnya:

1. Calljack
Aplikasi ini berasal dari Yogyakarta dengan layanan yang hampir sama dengan Gojek maupun Grab. Perusahaan menawarkan dua layanan yakni Calljack dan O’Jack. Sayangnya, nama keduanya akhirnya tidak pernah terdengar lagi.

2. Ojekkoe
Ojekkoe dilaporkan memiliki 500 mitra pengemudi. Layanan ini juga cukup murah dengan biaya minimal Rp 2.500 per hari untuk mengantar penumpang.

3. Topjek
Topjek sempat mengungguli Gojek dan Grab karena memiliki fitur chat room, yang saat itu belum tersedia di dua raksasa tersebut. Pengemudi Topjek juga dibatasi hanya 10 ribu driver dengan seleksi ketat.

4. Uber
Seperti disebutkan sebelumnya, Uber akhirnya angkat kaki dari Indonesia dan juga Asia Tenggara. Bisnisnya dijual ke Grab. Para mantan pengemudi diketahui ada yang berpindah ke Grab atau Gojek.

5. LadyJek
LadyJek sempat menggemparkan karena menawarkan pengemudi wanita untuk penumpang wanita. Layanan tersebut memiliki hampir 3.300 pengemudi.

6. BluJek
BluJek disebut sebagai saingan terbesar Gojek dan Grab, dengan armada yang cukup besar. Perusahaan juga tampil beda dengan pilihan warna biru saat kompetitornya diwakili dengan warna hijau.

7. OjekArgo
OjekArgo menawarkan layanan aplikasi tanpa perlu mendaftarkan diri atau membuat akun aplikasi. Sama seperti sederet layanan lainnya, OjekArgo juga tidak aktif sejak 2017 lalu.

8. Bangjek
Perusahaan ini menawarkan beberapa layanan yang hampir sama dengan Grab maupun Gojek. Mulai dari antar jemput pelanggan, pesan makanan, pengiriman paket, hingga belanja online.

9. Ojesy
Layanan ini menganut sistem syar’i, dengan melayani perempuan, anak-anak, termasuk non-muslim. Mereka juga tetap melayani pengguna pria dengan usia tidak lebih dari 8 tahun. Namun 2019 lalu, platform ditutup setelah empat tahun beroperasi.