Eropa berada dalam tahap penawaran akhir untuk menetapkan konstelasi satelit UE senilai 6 miliar euro (Rp 101 triliun). Satelit tersebut akan bersaing dengan Starlink milik Elon Musk dan Kuiper milik Jeff Bezos.
Namun, konstelasi satelit yang dinamakan IRIS² tersebut berisiko kehilangan momentum tren kecerdasan buatan (AI). Birokrasi yang ruwet membuat sistem IRIS² bisa ketinggalan zaman bahkan sebelum diluncurkan.
Badan Antariksa Eropa mencari tawaran akhir untuk mengembangkan sistem komunikasi yang aman, sebagian didorong oleh peran Starlink milik Musk. Penawar yang diketahui melakukan kontrak utama dengan IRIS² adalah konsorsium Airbus, Thales Alenia Space, Eutelsat, Hispasat, dan SES.
Sebanyak 170 satelit akan mengamankan komunikasi bagi pemerintah Uni Eropa dan membuka layanan broadband komersial baru ke wilayah yang kurang terlayani pada tahun 2025 dan 2027.
Mantan kepala angkatan udara Prancis Denis Mercier dan mantan eksekutif Airbus Marc Fontaine mengatakan bahwa IRIS² berisiko ketinggalan zaman bahkan sebelum diluncurkan. Mereka juga terlibat dengan perusahaan rintisan AI pertahanan Jerman, Helsing, yang menawarkan perangkat lunak AI.
Komisi Eropa mengatakan pihaknya sudah mengambil tindakan terkait hal ini. Mereka menyatakan bahwa dimasukkannya kemampuan kecerdasan buatan dalam algoritma yang menjalankan sistem IRIS² merupakan suatu kemajuan yang sedang dipertimbangkan.