Perusahaan milik Elon Musk, Starlink, gagal menerima subsidi sebesar US$ 885,5 juta (Rp 13,84 triliun) dari pemerintahan Joe Biden. Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC) menolak tuntutan subsidi tersebut pada Agustus 2022 karena Starlink tidak dapat memenuhi komitmennya dalam menyediakan layanan internet di daerah terpencil.
Keputusan FCC didasari oleh data kecepatan internet dari layanan Starlink di 642.000 rumah dan bisnis di 35 negara bagian. SpaceX, perusahaan yang memiliki Starlink, menyatakan kekecewaan dan kebingungannya terhadap keputusan FCC karena Starlink dianggap sebagai salah satu pilihan terbaik dalam menyediakan layanan internet di daerah terpencil.
Dua dari lima anggota komisi FCC memberikan keputusan yang berbeda. Menurut mereka, FCC sengaja mempercepat target yang seharusnya baru dicapai SpaceX pada 2025. Kedua anggota yang berasal dari Partai Republik menuduh bahwa pembatalan subsidi kepada SpaceX dipengaruhi oleh kemarahan pemerintah Joe Biden ke Elon Musk.
Elon Musk sendiri mengkritik keputusan FCC melalui Twitter, menyebutnya sebagai keputusan yang tidak masuk akal. Menurutnya, Starlink adalah satu-satunya perusahaan yang mampu menyelesaikan jaringan internet di daerah terpencil dengan efisien.
Artikel Selanjutnya
Tak Butuh Elon Musk, Lokal Bisa Bawa Internet ke Pelosok RI