Elon Musk menjadi paranoid setelah menjadi CEO X (sebelumnya Twitter). Musk bahkan hanya mau melakukan pertemuan dengan maksimal dua karyawan.
“Ada banyak contoh kasus ketika Elon lepas kendali,” kata Ben Mezrich penulis “Breaking Twitter” dalam sebuah wawancara, dikutip dari Business Insider, Senin (20/11/2023).
“Dia menjadi sangat paranoid sehingga dia melarang pertemuan lebih dari dua orang di Twitter karena dia takut akan pemberontakan,” imbuhnya.
Mezrich mengatakan CEO Tesla itu takut karyawannya akan menyabotase situs tersebut dan ada rencana untuk menjatuhkannya.
Breaking Twitter berfokus pada pengambilalihan platform oleh Musk yang ia buat ‘kacau’ pada tahun lalu. Mezrich mengatakan dia memperoleh akses ke karyawan Twitter dan orang kepercayaan Musk untuk mendapat informasi.
Ketakutan Musk itu seolah benar adanya. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan pada Januari lalu, The Verge melaporkan bahwa pertemuan besar telah dilarang di Twitter.
Amir Shevat, yang mengelola platform pengembang Twitter, mengatakan kepada media tersebut bahwa pesan dari Musk adalah jika ada yang ketahuan melakukan pertemuan besar, bisa berisiko dipecat.
Kekhawatiran Musk, meski terdengar ekstrem, tidak sepenuhnya salah. Mezrich mengatakan sekelompok karyawan berencana berhenti secara massal.
“Ada sekelompok orang-orang tingkat tinggi di Twitter yang hendak melakukan aksi pengunduran diri secara massal,” katanya.
“Jadi itu bukan ‘sabotase situs’, tapi ada percakapan di antara karyawan Twitter tentang menemukan cara agar semua orang keluar dari perusahaan,” ia menambahkan.
Mezrich mengatakan akuisisi X oleh Musk, ditambah dengan pengawasan dan ketidakpopuleran yang terjadi setelahnya, berdampak serius pada kesehatan mental miliarder tersebut.
Ada banyak kejadian Elon yang lepas kendali. Penulis tersebut berpikir bahwa kejadian yang menimpa Musk merupakan bagian untuk membalas dunia ketika dia merasa terpojok.
“Anda bisa melihat banyak hal seperti itu dalam perilakunya,” ia memungkasi.