CEO Google Menyatakan Bahaya iPhone Meniru Android

by -162 Views

Salah satu perbedaan kunci antara sistem operasi iOS milik Apple dan Android milik Google adalah pendekatan keduanya terhadap proses instal aplikasi.

Selama ini, Android memungkinkan proses ‘sideloading’, yakni kemampuan instal aplikasi di luar toko resmi Google Play Store. Dengan begitu, pengguna punya kebebasan dan fleksibilitas untuk mengakses aplikasi buatan pengembang yang tak tersedia secara resmi.

Sementara itu, iOS benar-benar eksklusif. Semua aplikasi yang diinstal ke iPhone dan iPad harus melalui toko aplikasi Apple App Store. Alasannya, Apple menilai semua aplikasi di toko resminya telah melalui proses penyaringan, sehingga lebih aman bagi pengguna.

Kendati demikian, Undang-Undang Pasar Digital (DMA) yang ditetapkan oleh Uni Eropa akan memaksa Apple mengakomodir mekanisme sideloading pada perangkatnya. DMA menilai sideloading penting agar tak terjadi praktik monopoli.

Sejauh ini Apple masih menentang ketetapan tersebut dengan dalih menjaga keamanan pengguna. Bahkan, Apple hendak menggugat Eropa karena menilai layanan App Store tak masuk dalam kategori ‘gatekeeper’ yang harus mematuhi DMA.

Terlepas dari itu semua, Apple juga perlu bersiap jika kalah dan pada akhirnya harus tunduk pada DMA. Dengan demikian, Apple mau tak mau jadi makin mirip Android di masa depan.

Menarikan, Google yang merupakan pencipta Android sebenarnya turut mengakui bahaya dari sideloading. Dalam kesaksiannya, CEO Google Sundar Pichai memberikan peringatan ke semua pengguna HP Android bahwa aplikasi sideloading memiliki risiko yang tinggi karena rentan terinfeksi malware.

Peringatan tersebut sejalan dengan alasan Apple tak mau memberikan izin sideloading. Apple juga menjadikan pernyataan Google sebagai ‘senjata’. Menurut Apple, bahkan Google saja tahu seberapa besar potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi sideloading.

Debat soal sideloading bertumpu pada satu hal, yakni bagaimana menciptakan keseimbangan antara kebebasan pengguna dan keamanan pengguna.

Meski sideloading berisiko mendatangkan virus bahaya, tetapi mekanisme itu dianggap memberikan kebebasan akses bagi pengguna ke semua aplikasi. Selain itu, sideloading juga mengizinkan pengguna untuk mengakses aplikasi beta yang belum resmi.

Poin tambahan lainnya, sideloading juga turut mendukung para developer aplikasi independen yang tak mau terikat pada sistem aplikasi resmi di Google Play Store atau Apple App Store.