Google Memadamkan Suara Pendukung Palestina, Karyawan Bersuara

by -560 Views

Selama ini, Google dikenal sebagai perusahaan yang memiliki budaya open-minded atau terbuka dengan berbagai pandangan. Namun, hal itu tidak tercermin saat perang antara kelompok Hamas dan Israel pecah pada 7 Oktober 2023.

Menurut pengakuan Sarman Gilani, diskusi tentang konflik di Timur Tengah sangat sensitif di internal Google. Gilani, seorang insinyur perangkat lunak yang telah bergabung dengan Google sejak 2012, mengatakan bahwa semua orang harus sangat berhati-hati. Kritik ke Israel akan dengan mudah dinilai sebagai aksi antisemitisme.

Hal tersebut juga diamini oleh karyawan lain, yang mengatakan topik perang Hamas dan Israel di Google berubah menjadi ajang saling menjatuhkan antara karyawan Muslim dan Yahudi.

Pada pekan ini, ada surat terbuka yang dilayangkan beberapa karyawan. Mereka protes dan menuduh Google melakukan standar ganda. Mereka menulis bahwa kebebasan berekspresi hanya bisa dilakukan oleh karyawan yang berkebangsaan Israel. Namun, kebebasan yang sama tidak dimiliki oleh karyawan Muslim atau yang berdarah Palestina.

Surat itu memicu kemarahan para karyawan Yahudi, yang mengatakan surat itu bernada antisemitik. Para karyawan yang mendukung Palestina menganggap Google berpihak pada pendukung Israel, sementara karyawan Muslim yang mengkritik serangan Israel seakan mendapat perlakuan tak adil.

Juru bicara Google mengatakan bahwa gesekan internal yang terjadi hanya di kalangan sejumlah kecil karyawan dan tidak mewakili ribuan karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Polarisasi antara pendukung Palestina dan Israel juga terjadi di berbagai sektor bisnis di Amerika Serikat.

Microsoft telah memblokir semua postingan karyawan yang membahas topik perang, sementara Meta juga mengalami konflik serupa dengan Google setelah menghapus pesan internal karyawan yang mendukung Palestina.