WeWork Bangkrut, Penyebabnya adalah Nilai Startup yang Dulunya Mencapai Rp 731,6 Triliun

by -220 Views

WeWork resmi mengalami kebangkrutan. Perusahaan co-working space ini sebelumnya memiliki valuasi sebesar US$ 47 miliar (Rp 731,6 triliun) oleh investor. Reuters melaporkan bahwa manajemen WeWork telah mengajukan pailit pada Senin waktu setempat. Aset yang dilaporkan berkisar antara US$ 10 miliar dan US$ 50 miliar.

Pailit ini bisa dimanfaatkan oleh WeWork untuk menghapus beban biaya sewa. WeWork menghadapi kesulitan dalam meraih keuntungan karena biaya sewa gedung yang tinggi. Selain itu, banyak pelanggan WeWork yang telah membatalkan kontrak karena para karyawan mereka bekerja dari rumah.

Dalam kuartal kedua tahun 2023, pendapatan dari sewa berkontribusi sebesar 74 persen terhadap pendapatan WeWork. Perusahaan telah berusaha melakukan negosiasi ulang sewa dengan pemilik gedung. Sebanyak 590 kontrak sewa berhasil diubah untuk menghemat biaya sebesar US$ 12,7 miliar. Namun, penghematan ini tidak dapat menutupi penurunan pendapatan WeWork.

Penurunan pendapatan WeWork terjadi karena banyak pelanggannya adalah startup dan UMKM yang rentan terkena dampak inflasi dan perlambatan ekonomi. Selain itu, pemilik gedung juga mulai menyewakan ruang kerja dengan periode sewa pendek seperti yang dilakukan oleh WeWork.

WeWork pernah menjadi startup dengan valuasi tertinggi di AS ketika dipimpin oleh Adam Newumann. Investasi dari SoftBank dan JPMorgan Chase mengantarkan WeWork mencapai valuasi US$ 47 miliar. SoftBank sebagai pemilik 60 persen saham WeWork, dengan kepemilikan saham lainnya termasuk saham Uber dan perusahaan teknologi Asia Tenggara seperti GoTo dan Grab.

WeWork sebelumnya membatalkan proses IPO pada 2019 karena kondisi finansial yang buruk. SoftBank kemudian membantu WeWork menjadi perusahaan terbuka melalui merger dengan SPAC dengan valuasi US$ 8 miliar.