Gibran Tidak Makan Selama 3 Hari, Kini Memiliki Harta senilai Rp 1,59 Triliun

by -133 Views

Pendiri startup di bidang akuakultur, Gibran Huzaifah, pernah mengalami kesulitan saat kuliah di Bandung. Namun, berkat ide dan kerja kerasnya, ia berhasil memiliki saham perusahaan senilai Rp 1,59 triliun.

Kisah di balik pendirian eFishery, startup yang kini telah menjadi unicorn setelah mengumumkan pendanaan sebesar Rp 3 triliun, sangat inspiratif.

Gibran pernah mengalami kesulitan ketika kuliah di ITB. Sebagai pria yang tumbuh di Pulogadung dan sekolah di Bekasi, ia tinggal sendiri di Bandung tanpa uang saku dan tanpa keluarga.

Bahkan, ia pernah tidak memiliki tempat tidur dan terpaksa pindah-pindah tempat untuk istirahat di kampus atau di masjid.

Suatu kali, Gibran bahkan tidak makan selama tiga hari karena kehabisan uang. Ayahnya yang bekerja sebagai mandor konstruksi kehilangan pekerjaan ketika Gibran memulai kuliah di ITB.

Ide untuk mendirikan eFishery muncul ketika Gibran belajar di kelas biologi tentang akuakultur yang membahas pembiakan ikan lele. Ia kemudian mencari modal untuk menyewa kolam lele. Bisnis ikan lele pun tumbuh dengan memiliki 76 kolam.

Namun, dalam mengarungi bisnis ikan lele, Gibran menghadapi tantangan margin keuntungan tipis karena harga pakan yang mahal. Selain itu, harga lele juga rendah karena dikuasai oleh tengkulak.

Kondisi ini mendorong Gibran untuk menciptakan prototipe pemberi makan otomatis untuk kolam lele berbasis teknologi internet-of-things (IoT). Perangkat cerdas ini dapat mendeteksi dengan akurat masalah di kolam, terutama saat ikan kekurangan atau kelebihan pakan.

Teknologi IoT tersebut menjadi awal dari eFishery yang didirikan pada tahun 2013. Kegigihan Gibran menarik perhatian investor Patrick Walujo, yang saat ini merupakan CEO GoTo.

Patrick menceritakan pertemuannya dengan pendiri e-Fishery, Gibran Huzaifah, yang baru saja selesai kuliah di ITB. Gibran menjelaskan ide untuk membuat alat dengan sensor yang memberi makan ikan sesuai dengan pergerakannya.

Ide awal ini sederhana, bahkan Patrick tidak percaya bahwa mesin tersebut akan efektif. Namun akhirnya, ia kagum dengan ide tersebut dan memberikan pendanaan kepada e-Fishery.

e-Fishery telah mengembangkan bisnisnya. Mereka tidak hanya melayani petani ikan yang berlangganan perangkatnya, tetapi juga memberikan modal kerja dan membeli ikan-ikan tersebut untuk dijual ke restoran.

Patrick mengatakan bahwa bisnis yang ditawarkan oleh e-Fishery asli dari Indonesia. Di negara lain, bisnis serupa tidak berhasil.

Setelah putaran pendanaan terakhir, eFishery berhasil mendapatkan pendanaan dari 42XFund Abu Dhabi, Kumpulan Wang Persaraan (KWAP) Malaysia, responsAbility (rA) Swiss, dan 500 Global. Mereka bergabung dengan investor sebelumnya seperti Temasek, Softbank, dan Northstar yang dipimpin oleh Patrick Walujo, yang juga baru saja diangkat menjadi CEO GoTo.

Jerih payah Gibran telah membuahkan hasil fantastis. Setelah putaran pendanaan terakhir, saham pendiri yang dimiliki oleh Gibran dan pendiri lainnya memiliki nilai sebesar US$ 100 juta (sekitar Rp 1,59 triliun).

Artikel Selanjutnya:
Startup Bandung Unicorn Baru RI, Dibeking Patrick Walujo